SEMINAR PROPOSAL



MENUMBUHAKAN JIWA LEADERSHIP PADA ANAK USIA DINI  MELALUI BARISAN KREATIV

Proposal ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Seminar Proposal”
Dosen pengampu : Suyadi, M.Pd.I


 










Disusun oleh :
Rudi Hartono 11 17 0163


PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
STPI BINA INSAN MULIA
YOGYAKARTA
2014





  BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam islam kepemimpinan sering disebut sebagai imamah sedangkan orangnya disebut  sebagai imam.Tugas seorang imam atau pemimpin dalam islam sejatinya adalah sebagai pengendali sebuah negara,yang bertanggung jawab penuh atas keadaan suatu negara, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggung jawabannya[1]. Tugas pemimpin adalah mengajak rakyatnya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan kesesatan dan menerapkan hukum-hukum Allah dengan sebenar-benarnya sebagaimana diterangkan dalam Al- Qur’an, “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji),  serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman)[2]
Sebut saja tahun 2014 adalah tahun pertarungan para elit politik atau sering kita sebut sebagai pemilu (pemilihan umum). Pemilu adalah proses pemilihan orang – orang untuk mengisi jabatan politik tertentu,jabatan – jabatan tersebut beraneka ragam ,mulai dari presiden,wakil ,rakyat diberbagai pemerintahan ,sampai kepala desa.[3] Pada tanggal 9 April 2014 semua warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat hak pilih di wajibkan untukmencoblos wakil rakyat atau calon pemimpin negri ini. Semua ikut mengambil bagian,darimulai artis sampai mantan narapidana ikut andil memeriahkan pesta demokrasi negri ini, untuk memperebutkan kursi DPD,DPR, Maupun DPR-RI.Kekuatan argumen, visi serta misi dari masing masing untuk dipertarungkan dengan visi misi calon wakil rakyat yang lain. Partai menjadi kendaraan perang yang mereka gunakan untuk menduduki kursi rakyat.Mereka berkompetisi untuk menjadi orang- orang yang siap menjadi tulang punggung dan tempat keluh bagi rakyat dan siap memimpin untuk periode 5 tahun negri ini.
Mengerucut pada pembahasan tentang
pemimpin bahwa berdasarkan buku riset Joseph S Nye, sejak tahun 1920an hingga 1990an, ada 221 definisi tentang kepemimpinan. Dan pengertian paling mutakhir tentang kepemimpinan adalah konteks hubungan antara pemimpin dan pengikutnya ,kepemimpinan adalah masalah hubungan sosial dengan tiga komponen kunci : pemimpin, pengikut, dan konteks interaksi keduanya. Kuatnya pengertian kepemimpinan yang semacam ini dipicu oleh revolusi informasi. Setiap orang relatif terpapar informasi yang sama. Padahal informasi itulah yang membuat seseorang menjadi lebih unggul dibanding yang lainnya. Akibat kesetaraan informasi itu kehidupan politik dan organisasi tertransformasi. “Hierarkhi menjadi lebih datar dan melekat pada jaringan hubungan yang cair.” Pemimpin tak lagi berada di puncak struktur hierarkhi tapi berada di pusat lingkaran. Karena itu ada yang mengatakan kepemimpinan menjadi bersifat feminin : soft power menjadi lebih penting dibandingkan hard power.[4]
Kepemimpinan menurut surat keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No 27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut dalam pekerjaan. Kepemimpinan menurut surat edaran kepala Badan Administrasi Negara  No 02/SE/1980 ialah kemampuan seseorang pegawai negri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal.[5]
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.[6]Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi dari pemimpin dan hubungan kepatuhan–ketaatan para pengikut atau bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin.Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dan pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin.[7]
Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajeman tidak lain merupakan suatu bakat atau kewibawaan yang mampu menggerakan orang lain,baik secara perorangan maupun kelompok didalam suatu organisasi sehingga menimbulkan kemauan dan kemampuan untuk melakukan suatu dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.[8]
Membahas mengenai pemimpin tentu kita masih ingat dengan kasus para wakil rakyat yang secara sadar melakukan tindakan tidak terhormat yaitu dengan menyelewengkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi dan golongan – golongan tertentu, tidur saat sedang rapat besar, melakukan penyuapan, menonton video seronok ketika sedang rapat, serta asyik bermain gadget seolah acuh tak acuh dengan janji yang dulu pernah diucapkan dihadapan rakyanya, serta masih banyak norma maupun kode etik yang dilanggar seolah mereka sudah kehilangan  karakter sebagai seorang pemimpin. Menurut Megawangi (2012:12) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sebuah kualitas karakter yang baik meliputi sembilan pilar yaitu:
(1) cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya,
(2) tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian,
(3) kejujuran,
(4) hormat dan santun,
(5) kasih sayang, kepedulian dan kerjasama,
(6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
(7) kepemimpinan dan keadilan,
(8) baik dan rendah hati,
(9) toleransi, cinta damai dan persatuan.
Dan juga dalam dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang pembentukan karakter sebagai tujuan pendidikan, sebagaimana tercantumtungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”[9]
Hal ini yang menjadi tujuan diadakanya penelitian tindakan kelas, bahwa hal penting yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah karakter kepemimpinan, sebab ketika anak dalam masa golden age maka seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya mampu berkembang jika guru mampu menstimulasinya dengan baik selian itu guru maupun orang tua tentunya mendambakan anak yang memiliki sifat kepemimpinan (leadership) yang baik terutama agar anak menjadi seorang pemimpin masa depan.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan berdasarkan kesenjangan antara idealita dan realita di atas maka penelitian ini, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 
1.    Mengapa karakter kepemimpinan anak perlu ditumbuhkan sejak usia dini? 
2.  Apakah menggunakan metode barisan kreatif dapat menumbuhkan sikap mandiri ,jiwa social serta berkarakter? 
3.  Bagaimana menumbuhkan jiwa leadership pada anak dengan menggunakan metode barisan kreatif?

C.  Tujuan 
1Mengetahui semangat dan antusiasme  anak dalam pembelajaran di kelas dengan metode barisan kreatif. 
2 Mengetahui sejauh mana perkembangan motorik kasar anak ketika di centra pembelajaran. 
3.Membandingkan metode baris berbaris biasa dengan sedikit modifikasi pada barisan
D.  Manfaat Penelitian  
Manfaat Teoritis
a.  Manfaat bagi Guru
1)  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap penyajian materi yang lebih menarik terhadap anak usia dini.
2)  Memperbanyak metode metode mengajar pada anak usia dini.
b.  Manfaat bagi Sekola
      Meningkatkan kualitas / mutu pendidikan di TK yang bersangkutan.
c.       Manfaat bagi Anak
     Meningkatkan semangat belajar anak dengan banyaknya metode pembelajaran yang lebih menarik 
 Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan terhadap dunia pendidikan agar dalam penyusunan kurikulum tetap mengedapankan prinsip teori “belajar sambil bermain,bermain seraya belajar” salah satunya dengan metode barisan kreatif.
E.  Kajian Pustaka 
Penelitian yang serupa penelitian  ini sudah dilakukan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Warta Ibrahim RapiusDjuko Samsiah Jurusan pendidikan anak usia dini Universitas Negeri Gorontalo dengan judul skripsi “Peran Guru Dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango” yang membahas mengenai peran guru dalam mengembangkan karakter kepemimpinan anak kelompok B di TK Kartini Toto Selatan Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang ditinjau dari peran guru sebagai pendidik, peran guru sebagai pembimbing dan peran guru sebagai model dan teladan.Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1)Peran guru sebagai pendidik dilakukan dengan cara mengidentifikasi anak-anak yang memiliki karakter kepemimpinan, menentukan indikator-indikator kepemimpinan yang harus dikembangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang tepat untuk menstimulasi kemampuan anak yang berhubungan dengan karakter kepemimpinan; 2)Peran guru sebagai pembimbing dilakukan dengan cara memberikan bimbingan pada anak yang sulit berkomunikasi disaat memimpin teman-temannya, dan terus berusaha mencari solusi pemecahan masalah yang berhubungan dengan karakter kepemimpinan anak; 3) Peran guru sebagai model dan teladan yakni memberikan contoh kepemimpinan kepada anak, bersikap baik saat menghadapi anak yang kurang memiliki karakter kepemimpinan.Sedangkan metode yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif kualitatif.[10]
Kedua penelitian yang dilakukan oleh Heri Waluyo yang berjudul “ Upaya Guru PKN Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP Muhammadiyah Gubug” yang membahas mengenai pembinaan jiwa kepemimpinan melalui kegiatan kepramukaan. Adapun hasil penelitiannya yaitu: memberikan pelatihan dalam bentuk upacara,menanamkan kedisiplinan,melatih siswa untuk berorganisasi,menumbuh kembangkan sikap percaya diri, menanamkan jiwa patriotism  dan cinta tanah air. Sedangkan metode yang digunakan yaitu : pendekatan deskriptif kualitatif.[11]
Ketiga penelitian yang dilakukan oleh M.Syukri yang berjudul “Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura Pontianak” yang membahas mengenai pembentukan karakter dalam pembelajaran kontekstual dengan berbagai model dan metode yang terarah.Adapun Hasil penelitiannya yaitu bahwa tiga hal yang harus berlangsung terintegrasi dalam  pembentukan  karakter  anak, yaitu: Pertama,anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus  diambil mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua,mempunyai kecintaan terhadap kebaikan, dan membenci perbuatan buruk.Kecintaan ini  merupakan semangat untuk berbuat kebaikan, misalnya anak  tak  mau  berbohong.Ketiga,anak mampu melakukan kebaikan dan terbiasa melakukannya.Adapun metode yang digunakan yaitu telaah pustaka dan kajian teori serta kompilasi dengan hasil –hasil riset di lapangan.[12]
PENELITI
JUDUL
METODE
TEMUAN
Warta Ibrahim Rapius Djuko Samsiah
Peran Guru Dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango”
pendekatan  deskriptif  kualitatif.
1)Peran guru sebagai pendidik
2)Peran guru sebagai pemteoribimbing
3) Peran guru sebagai model dan teladan yakni memberikan contoh kepemimpinan kepada anak,
Heri Waluyo
Upaya Guru PKN Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP Muhammadiyah Gubug
pendekatan  deskriptif  kualitatif.
memberikan pelatihan dalam bentuk upacara,menanamkan kedisiplinan,melatih siswa untuk berorganisasi, menumbuhkembangkan sikap percaya diri, menanamkan jiwa patriotism dan cinta tanah air
M.Syukri
“Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura Pontianak”
pendekatan  deskriptif  kualitatif.
1) Anak mengerti  baik dan buruk,
2) Memunyai kecintaan terhadap kebaikan,  dan membenci  perbuatan buruk.
3) Anak mampumelakukan kebaikan dan terbiasa melakukanya
Rudi Hartono
Mengembangkan jiwa leadership anak usia dini melalui barisan kreatif
Deskriptif kualitatif
Anak mampu melakukan baris dan belajar lebih baik.
Anak lebih aktiv dalam belajar karena tidak bosan dengan metode yang diterapkan.


























F.   Kajian  Teori
Membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi guru dan orang tua, harapannya agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik salah satunyaadalah karakter kepemimpian. Pada anak, pemimpin adalah anggota yang diterima dalam kelompok, yang paling tepat untuk mewakili cita-cita kelompok dibandingkan anggota kelompok yang lain. Anggota yang lain mau mengikuti mereka karena mereka mampu memperlihatkan penguasaan mereka akan hubungan sosial, mampu memancing reaksi positif kelompok terhadap mereka dan mampu memberikan andil yang lebih besar dibandingkan dengan anggota yang lain untuk memuaskan kebutuhan kelompok secara keseluruhan. Begitu besar manfaat karakter kepemimpinan, akan lebih baik apabila karakter ini mulai diajarkan sejak dini. Dengan begitu bakat dan potensi bisa terasah dengan maksimal. Beberapa cara untuk menstimulasi jiwa pemimpin pada anak diusia sekolah yang dikemukakan oleh Ekawati, dkk (2012:1) sebagai berikut:
a) jujur adalah keberanian untuk mengungkapkan sesuatu dengan dengan kondisi sebenarnya, b)integritas adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diemban secara total atau penuh dedikasi, c) adil, sifat adil ditumbuhkan dalam keseharian,d) pemberani, tumbuhkan jiwa pemberani pada diri anak,e)pembelajar, tumbuhkan rasa ingin tahu anak melalui kegiatan sehari-hari, f)kerjasama adalah kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Seorang pemimpin (kepala Negara) memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat dan mulia. Oleh karena itu seorang pemimpin (kepala Negara) menurut al-Ghazali harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Tanggung jawab. Hal yang harus diketahui oleh seorang pemimpin adalah batas dan kadar kekuasaan serta menyadari kemungkinan buruk kekuasaan untuk sesegera mungkin mengevaluasi.
2. Menerima pesan ulama. Seorang pimpinan mesti senang bergaul dengan para ulama' dan menerima nasehat mereka. Tapi ia perlu waspada akan ulama' alsu' (ulama' culas), yang hanya menginginkan kekayaan duniawi.
3. Berlaku baik kepada bawahan. Secara garis besar dapat dikemukakan di sini bahwa seorang pimpinan (kepala negara) yang punya minat dan tekad untuk menegakkan keadilan, ia mesti mengatur dan mengarahkan para petugas dan pegawainya kepada keadilan. Ia mesti menjaga mengawasi keadaan mereka, keluarga dan anak-anak mereka, juga rumah dan tempat kediaman. Namun pengawasan ini tidak akan efektif, kecuali sang pimpinan telah lebih dulu berlaku adil dan memelihara dirinya. Misalnya, tekanan emosi dan amarahnya
tidak mengalahkan rasionalitas dan agamanya. Demikian pula rasionalitas dan agamanya tidak tunduk kepada emosi dan amarahnya, akan tetapi emosi dan amarahnya tunduk pada rasio dan agama.
4 .Rendah hati dan penyantun. Janganlah berhati takabur dan bersikap sombong. Kepala negara haruslah merasakan dirinya sama dengan para rakyat biasa di dalam segala hal.
5.Tidak mementingkan diri sendiri. Segala persoalan dan kejadian akan dilaporkan kepada anda. Menanggapi hal ini, anda mesti mengandaikan diri anda sebagai salah seorang rakyat biasa dan orang lain sebagai pemimpin anda. Segala hal yang tidak anda sukai untuk diri anda sendiri, maka ia juga tidak disukai oleh seorang pun dari kalangan umat islam. Jika anda menyukai sesuatu untuk mereka yang tidak anda sukai untuk anda sendiri, sungguh anda telah berkhianat dan menipu rakyat anda.
6.Loyalitas tinggi. Tidak sepatutnya baginda mencemooh orang-orang yang menunggu di depan pintu baginda untuk suatu keperluan. Waspadalah anda dari kemungkinan buruk ini. Jika seorang telah datang kepada anda untuk suatu kepentingan, maka janganlah anda menyibukkan diri dengan ibadah74 ibadah sunnah sebab memenuhi kebutuhan dan kepentingan umat islam jauh lebih utama dibanding ibadah sunnah.
7. Hidup sederhana. Seorang kepala negara harus dapat mengendalikan dorongan hawa nafsu seperti mengenakan pakaian mewah dan makanan yang lezat-lezat . Semesti bersikap qona’ah (menerima apa adanya) dalam segala hal. Karena tidak ada keadilan tanpa sifat qonaah.
8.Lemah lembut. Jauhilah sifat-sifat yang kasar dan keras, selama sifat lunak lembut dan bijaksana masih dapat di lakukan.
9.  Cinta rakyat. Hendaklah kepala negra berusaha untuk membuat rakyat senang dan rela, sesuai dengan tuntutan dan kehendak agama. Nabi pernah bersabda kepada sahabatnya: "sebaik-baik umatku adalah orang-orang yang mencintaimu dan kau pun mencintai mereka. Dan seburuk-buruk umatku adalah orang-orang yang membenci kalian, dan kalian pun membenci mereka. Mereka mengutuk kalian dan kalian pun turut mengutuk mereka".
10.Tulus dan ikhlas. Setiap penguasa dilarang mencari kesenangan seseorang dengan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan agama. Sebab seseorang yang benci atau murka karena ada sesuatu yang berlawanan dengan syara', maka kemurkaannya tidak dipandang bahaya. Umar ibnu khattab pernah berkata, "suatu hari, hampir separuh penduduk berada dalam kebencian. Dan tentu saja orang yang dituntut untuk menyerahkan hak orang lain darinya akan murka, sementara dalam satu kasus tidak mungkin memenangkan kedua-duanya (kedua belah pihak yang sedang terlibat sengketa). Orang yang paling bodoh adalah orang yang meninggalkan ridha allah, hanya karena mencari ridha manusia[13]
Secara umum karakteristik pemimpin diusia anak-anak menurut Hurlock (2003:300) adalah sebagai berikut:
a.    Penampilan
Penampilan tidak selalu lebih tampan atau lebih cantik daripadapengikutnya,tetapi biasanya memiliki penampilan keseluruhan yang lebihbaik dan mengundang perhatian dan rasa hormat.
b.   Popularitas
Pemimpin selalu popular tetap tidak selalu menjadi pemimpin.
c.    Rasa aman
Pemimpin yang memiliki rasa aman yang timbul dari realisasi sikap kelompok terhadap mereka.
d.   Kesesuian dengan cita-cita kelompok
Pemimpin yang memiliki keesuaian dengan cita-cita kelompok akan selalu ditaati dan dipatuhi.
e.    Penyesuaian dengan pribadi social
Pemimpin yang berhasil melakukan penyesuaian pribadi social dengan baik karena dapat menerima diri dan percaya diri bahwa mereka memiliki sesuatuuntuk disumbangkan kepada orang lain.
f.     Kematangan
Karena faktor usia dan pola asuh, pemimpin menimbulkan kesan bahwa mereka lebih matang daripada anggota kelompok yang lain.
Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif,tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi. Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya.Orang-orang yang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubhan sehingga pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan bukan mempertahankan status quo. Selanjutnya, perubahan tersebut bukan merupakan sesuatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan  yang diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama.[14]

1.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Karakter Kepemimpinan Anak.
Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh factor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan bermanifestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu sosialisasi dan pendidikan awal yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan baik dikeluarga, sekolah maupan lingkungan yang lebih luas, Megawangi (2003:11).
Faktor nurture yaitu proses sosialisasi atau pendidikan yang dilakukan oleh keluarga (orang tua), sekolah (guru), lingkungan (masyarakat) yang lebih luas memegang peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang. Menurut Megawangi (2003:12), anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang lebih optimal. Apabila pada diri anak kita tanamkan sikap kepemimpinan, maka secara perlahan karakter kepemimpinan pada anak akan terbentuk. Dalam membentuk karakter diperlukan pemimpin pembentuk karakter yang kuat, karena pemimpin yang kuat sebagai fasilitator terbangunnya individu yang berkarakter.Pemimpin sebagai reformator yang memiliki integritas karena jatuh dan bangun karakter anak yang baik tergantung orang tuanya dan guru.
2.      Menumbuhkan dan Mengembangkan Kepemimpinan Pada Anak
Kepemimpinan yang berhasil adalah mampu menggunakan perangkatnya dalam mencapai tujuan, Elfindri dkk, (2012:18).Kepemimpinan dapat diperoleh melalui belajar di sekolah, di organisasi, maupun di tengah masyarakat.Untuk itu, kepemimpinan perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pada diri anak sejak dini.Menurut Lisdawati (2007:9) menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan, ada tiga hal yang penting untuk dilakukan yakni: 1) kita harus menyadari bahwa nasib berada ditangan kita; 2) kitalah yang menjadi sutradara terhadap kehidupan kita; 3) Tuhan tidak akan merubah nasib kita kecuali kita sendiri yang merubahnya. Berdasarkan hal ini, bahwa untuk menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan, kita harus menjalaninya dari hari kehari.Menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkannya hingga menjadi suatu karakter.Untuk itu tidak bisa dengan cara yang cepat. Kepemimpinan hanya dapat dijalani setahap demi setahap dan itu dimulai dengan melakukan perjalanan ke dalam diri kita sendiri.
3.      Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Anak Usia Dini Melalui Barisan Kreatif.
Menanamkan kemampuan dasar kepemimpinan pada anak dapat dilakukan dengan cara melatih self leadership yakni melatih anak untuk dapat memimpinkelompok. Hal tersebut dapat dilakukan, dengan cara yang sederhana yakni:
1)Memimpin baris berbaris teman-teman di depan kelas,
2) memimpin menyanyi didalam kelas;
3) memimpin kegiatan baris-berbaris sebelum memasuki kelas,
4) memimpin kelompok bermain serta berinteraksi dengan teman-temannya.
Selain itu kepemimpinan, dapat diciptakan dalam diri anak melalui,
1) anak berdoa sebelum dan sesudah makan,
2) anak mengerjakan tugas individu yang diberikan oleh guru dengan baik sesuai petunjuk guru,
3) berinisiatif untuk maju jika guru menawarkan untuk menjawab pertanyaan di depan.[15]
Baris  berbaris  adalah  suatu  Wujud  latIhan  fisik,  yang diperlukan  guna menanamkankebiasaan dalam  tata cara kehidupan  yang diarahkan  kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.[16]
1.      Pengertian aba-aba
Aba-aba adalah suatu perintah yang diberikan oleh seseorang Pemimpin kepada yang dipimpin untuk dilaksanakannya pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.
2.      Macam aba-aba
a.       Aba-aba petunjuk dipergunakan hanya jika perlu untuk menegaskan maksud Dari pada aba-aba peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
1)Kepada Pemimpin Upacara-Hormat - GERAK
2)Untuk amanat-istirahat di tempat - GERAK
b.      Aba-aba peringatan  adalah  inti  perintah  yang cukup  jelas,  untuk  dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
a)Lencang kanan - GERAK
(bukan lancang kanan)
b)Istirahat di tempat - GERAK (bukan ditempat istirahat)
c.       Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba pelaksanan yang dipakai ialah:
1)Gerak
2)Jalan
3)Mulai[17]
Adapun yang baris berbaris yang dimaksudkan yaitu tidak hanya terjadi ketika anak- anak akan memasuki ruang kelas namun barisan kreatif yang dimaksudkan yaitu ketika dalam pembelajaran juga bisa disisipkan atau diintegrasikan dalam sebuah  rancana kegiatan harian (RKH). Makna penjabaran dari barisan kreatif itu  sebagai contoh , semisal ketika anak ramai dan tidak terkondisi biasanya guru menggunakan ice break berupa tepuk, menyanyi bahkan sebagian guru ada yang memarahi anak didiknya. Hal berikut bisa diterapkan dalam konteks pembelajaran klasikal ataupun sudut,memanggil anak yang bermasalah dan beri arahan ,katakan ketika dipangggil bilang “siap”, dan boleh  juga dikondisikan seperti keadaan orang siap (berbaris), lalu mengajari anak tersebut untuk berlatih memimpin teman-temannya,contoh : anak Nurul Dzikri, serentak teman yang lain bilang siap dan anak – anak diajarkan untuk kondisi siap walaupun tidak dalam barisan(focus)
G. Metodologi Penelitian
1.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak didikkelas B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di RA Nurul Dzikri yang beralamat di Kompleks Masjid Nurul Jariyah Jln. Alpokat 9 RT 06/RW 64 Perumahan Jambu Sari Indah  ,Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (0274) 7104966. Sekolah ini berdiri ditengah komplek perumahan dengan luas tanah 1500 M2 ,dengan status terakreditasi A.Adapun ruangan ini memiliki 4 ruangan sentra ,sentra persiapan ,sentra balok,sentra main peran,dan sentra bahan alam .dengan kepala sekolah ibu Nova Indiati Se,M.Si.
2.      Jenis Penelitian
Penelitian yang mengangkat judul ”Menumbuhkan Jiwa Leadership Anak Usia Dini Melalui Barisan Kreatif (Penelitian Tindakan Kelas Di Ra Nurul Dzikri Jambu Sari Di Kelas B)”. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroam Action research) yang biasa disingkat PTK,  dalam rangka memecahkan masalah yang ada. PTK merupakan suatu penelitian praktis, bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata dari upaya  tersebut.[18] Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[19]Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.[20] Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri tertentu diantaranya adalah pengambilan data dilakukan secara alami, berupa kata-kata atau gambar (deskriptif), peneliti adalah sebagai instrumen utama, metode kualitatif dengan analisis data secara induktif, serta lebih mementingkanproses dari pada hasil. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).[21]
PTK yang digunakan merupakan PTK Kolaboratif. Penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan olehs ekelompok peneliti melalui kerjasama dan kerja bersama.[22]Kolaborasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kolaborasi antara guru dengan peneliti (mahasiswa)[23]
3.      Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dari sumber data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a)      Observasi
Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis.[24] Observasi dilakukan  pengalaman dan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mengamati bagaimana pembelajaran menggunakan metode barisan kreatif di RA Nurul Dzikri.

a.    Wawancara
Metode  wawancara  adalah   suatu   teknik  pengumpulan data,  informasi atau pendapat yang dilakukan  melalui  percakapan  atau  tanya  jawab,  baik secara  langsung  dengan sumbernya.[25] Responden  yang  penulis  butuhkan  dalam  wawancara  ini  adalah  kepala  sekolah,  guru,  dan wali murid.Metode  ini  penulis  gunakan  untuk  mendapatkan  data-data  dari subyek penelitian yang berhubungan dengan metode barisan kreatif di RA Nurul Dzikri. Wawancara yang dilakukan secara acak kepada beberapa anak mengenai aktivitas, tanggapan serta sikap anak dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended. Wawancara inilebih bersifat informal, teknik wawancara ini tidak dapat langsung segeradigunakan untuk pengukuran, mengingat subyek mendapat kebebasanuntuk menjawab sesuka hatinya dan pertanyaan dapat menyimpang darirencana semula.[26]
b.     Dokumentasi        
Metode  dokumentasi  adalah  metode  pengumpulan  data   melalui  penelitian  yang  bersumber  pada  benda  tertulis  yang  dapat  memberikan  berbagai  keterangan  yang  berupa  gambar,  buku,  catatan,  raport,  surat  kabar,  agenda,  dan  sebagainya.[27] Metode   ini  penulis  gunakan  untuk  memperoleh  data tentang proses pembelajaran leadership atau kepemimpinan serta data-data yang berkaitan dengan sekolah seperti  data  guru,  data  jumlah  siswa,  letak  geografis,  sejarah  berdirinya  sekolah,struktur  organisasi,  dan  dokumen  lainnya  yang  berkaitan  dengan  penelitian .
c.    Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi, digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dan untuk mendeskripsikan aktivitas anak maupun guru dalam proses pelaksanaan kegiatan bersama dalam pembelajaraan di TK.
4.      Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengambil desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari konsep Kurt Lewin. Model kurt lewin yang terdiri dari empat komponen yaituperencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi, kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart ,Kemis dan Mc Taggart menyatukan komponen tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar langkah berikutnya yaitu refleksi.Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya.[28]



Model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart.[29]

5.      Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan identifikasi permasalahan hingga tercapai rumusan masalah yang jelas. Kejelasan permasalahan didukung dengan dilakukannya studi pendahuluan, yaitu dengan melakukan wawancara dan diskusi lebih lanjut, mengenal sekolah tempat dilaksanakannya penelitian,serta mengumpulkan teori-teori yang sesuai dengan permasalahan. Langkah selanjutnya adalah diskusi untuk menetapkan solusi yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan.
Pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan langkah-langkah PTK dalam beberapa siklus, sesuai dengan desain Kemmis dan Mc Taggart dimana setiap siklus meliputi: perencanaan, tindakan, observsi, dan refleksi. Adapun prosedur atau langkah-langkah tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Siklus 1
a.       Perencanaan
Perencanaan umum yang dilakukan oleh peneliti dengan guru adalah bagaimana peneliti dan guru memahami peran masing-masing, proses implementasi open ended akan dilakukan, evaluasi yang diperlukan, hasilyang diharapkan, proses monitoring dan observasi.Untuk memperlancar tindakan, peneliti bersama guru mempersiapkaninstrumen pembelajaran khususnya tentang leadership, antara lain berupa silabus kurikulum pendidikan karakter,Rencana Pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS). Peneliti juga mempersiapkan instrument penelitian, yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen yangdigunakan adalah: lembar observasi, catatan lapangan, dandokumentasi.
b.      Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan adalah menerapkan pembelajaran  bahasa Jawa dengan pendekatan  open ended, yang disajikan oleh guru, sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat.
c.       Observasi
Peneliti perlu mengamati beberapa hal antara lain:  proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain  yang timbul. Untuk mempermudah observasi peneliti menggunakan lembar obsevasi sebagai panduan, serta membuat catatan lapangan.

d.      Refleksi
Peneliti berusaha mengingat kembali dan merenungkan suatu tindakan persis yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi antara peneliti dengan guru. Berdasarkan hasil  refleksi dilakukan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan untuk siklus selanjutnya. Tindakan pada siklus 2, dilakukan berdasarkan perencanaan dan perbaikan dari hasil refleksi siklus sebelumnya, kemudian dilakukan refleksi untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi melalui tindakan kedua.
6.      Teknis Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara deskriptif  kualitatif .Untuk meminimalkan subjektivitas, dilakukan dengan triangulasi data. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.[30] Dalam menganalisis data kualitatif yang kompleks peneliti menggunakan teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas. Analisis interaktif tersebut terdiri atas empat komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain dimulai dari pengumpulan data, dilanjutkan dengan reduksi data, Display data, dan penarikan kesimpulan.[31]
a.       Pengumpulan data; Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu.
b.      Reduksi data; tahap ini digunakan untuk merangkum data, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta menghilangkan data yang tidak terpoladari hasil observasi, pengisian angket, dan catatan lapangan.
c.       Display data; data yang sudah direduksi, tahap selanjutnya adalah mendisplay data (menyajikan data). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya. Yang sering digunakan dalam menyajikan data kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
d.      Kesimpulan; data yang diperoleh setelah dianalisis kemudian diambil kesimpulannya, apakah tujuan dari penelitian sudah tercapai atau belum,jika belum maka dilakukan tindakan selanjutnya, jika sudah tercapai dari tujuan pembelajaran maka penelitian dapat dihentikan.
7.      Kerangka Pikir Penelitian
Proses pembentukan jiwa kepemimpinan  pada anak melibatkan faktor-faktor yang ada dalam diri anak maupun dari luar diri anak. Faktor yang ada dalam diri anak antara lain kondisi jasmani dan rohani anak serta faktor kemampuan intelektualnya. Sedangkan faktor dari luar anak yaitu lingkungan anak. Anak mengalami perkembangarn baik secara fisik maupun intelektual. Intelektual anak berkembang dalam tahap-tahap yang berlangsung secara berkesinambungan.
Dalam hal ini pembentukan karakter kepemimpinanberkembang sesuai dengan perkembangan usia anak, lingkungan serta adanya stimulus dan respon dari orang lain. Anak usia sekolah memiliki dua lingkungan dimana sehari-hari mereka tinggal dan beraktivitas. Di sekolah, guru dan teman-teman merupakan orang terdekat anak yang turut andil dalam membentuk karakter anak. Dalam merangkum penelitian ini, penulis menggunakan  metode  deskriptif, analisis  non  statistik  dengan  pola  berfikir  deduktif  dan  induktif.
a. Metode  deduktif
     Adalah  metode  dengan  cara  mengambil  kesimpulan  yang  berdasar  data  yang  bersifat  umum  menuju  hal-hal  yang  khusus.
b. Metode  induktif
     Adalah  metode  yang  digunakan  untuk  menganalisa  masalah-masalah  yang  sifatnya  khusus  kemudian  ditarik  kesimpulan  yang  bersifat  umum.
8.      Keabsahan Data
Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam pemecahan masalahyang dihadapi.Data yang tepat dan cukup sangat penting artinya untuk mengantarkan peneliti pada perumusan kesimpulan yang baik dan benar.Penelitian dengan data yang keliru, baik karena kekeliruan sumber datany amaupun kekeliruan sifat dan jenis datanya, tidak banyak artinya bagi pemecahan masalah penelitian, serta tidak mustahil akan menimbulkan masalah-masalah baru terutama dalam penelitian tindakan/ action research.Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya sebuah penelitian.Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengukur data.Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.[32] Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, serta dapat mengungkap dari variabel yang diteliti secara tepat. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Salah satu langkah dalam prosedur untuk mendapatkan derajat keterpercayaan ialah validasi, yang dalam penelitian kualitatif lebih disukai dengan istilah verifikasi. Untuk mendapatkan data yang absah, dalam hal inipeneliti melakukan beberapa cara validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas menurut versi Hopkins[33] untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran, antara lain:
a. Melakukan validasi dengan triangulasi
b. Meminta nasihat kepada pakar (expert judgment), yaitu kepadapembimbing dan dosen lain yang berpengalaman di bidang penelitiantindakan kelas
c. Melakukan key respondents review, dengan meminta teman sejawatmengetahui penelitian yang sedang dilakukan.
Selain itu kredibilitas data kualitatif diupayakan tercapai melalui beberapa strategi antara lain: pengumpulan data yang relatif lama, strategi multi metode/paduan, dan penghimpunan beberapa teknik pengumpulan data.[34] MenurutMadya (2006) salah satu cara untuk meyakinkan pembaca tentang tingkat reliabilitas data adalah dengan menyajikan data asli, seperti daftar wawancara dan catatan lapangan atau menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama.[35]

H.  Sistematika Pembahasan
Keseluruhan skripsi ini terdiri dari  empat bab sebagai berikut :
  Bab I: Merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang menguraikan kajian pokok penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,  tinjauan pustaka, kajian teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
  Bab II : Menguraikan gambaran umum lokasi penelitian yang mencakupdenah lokasi, visi dan misi, sejarah dan berdirinya, keadaan guru dan karyawan, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana.
  Bab III : Berisi tentang pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari tiga siklus dengan mengakomodir tiga point utama rumusan masalah sekaligus merupakan jawaban rumusan masalah.
Bab IV : Bab ini merupakan bab penutup  yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran. Pada bagian akhir ini penulis menyertakan daftar pustaka dan lampiran-lampiran pendukung.


DAFTAR PUSTAKA
·         Husaini Husman,Manjamen :teori,praktik,dan riset pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara.273
·         T.Hani Handoko , Manajemen edisi 2, (Yogyakarta : BPFE 2003 ) cetakan ke 16 hlmn 294-295
·         Kartini Kartono ,Pemimpin Dan Kepemimpiian Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001 ) cet ke 9 hlm 2
·         Adang Rukhiyat hlm 55
·         Joseph S Nye Jr, The Powers to Lead ,tahun  2008
·         Husaini Husman,Manjamen :teori,praktik,dan riset pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara.273
·         T.Hani Handoko , Manajemen edisi 2, (Yogyakarta : BPFE 2003 ) cetakan ke 16 hlmn 294-295
·         Kartini Kartono ,Pemimpin Dan Kepemimpiian Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001 ) cet ke 9 hlm 2
·         Adang Rukhiyat hlm 55
·         Undang undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang pembentukan karakter sebagai tujuan pendidikan.
·         Warta Ibrahim Rapius Djuko SamsiahPeran Guru Dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo)
·         Heri Waluyo (06210074)Upaya Guru PKN Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP Muhammadiyah Gubug (Semarang,2010)
·         M.Syukri Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura Pontianak (Pontianak 2006)
·         Hurlock(2003:300)
·         Maghfiroh Anis Watul (2012)
·         Buku saku Pramuka
·         Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), hlm.13
·         Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993), cet. ke-3, hlm. 2
·         Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, hlm.60
·         Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 6
·         Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), (Bandung  : Alfabeta, 2006), hlm. 51
·         Ibid, hal. 52
·         Al-Ghazali, Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk, hlm. 181



[1] Hadits riwayat Bukhari Muslim
[2] Al-qur’an Surah Ali `Imran: 110 surat ke 3 juz 2
[3]Wikipedia.org/wiki/pemilihan_umum.html diakses 28 Maret 2014
[4]Joseph S Nye Jr, The Powers to Lead ,tahun  2008
[5]Husaini Husman,Manjamen :teori,praktik,dan riset pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara.273
[6]T.Hani Handoko , Manajemen edisi 2, (Yogyakarta : BPFE 2003 ) cetakan ke 16 hlmn 294-295
[7]Kartini Kartono ,Pemimpin Dan Kepemimpiian Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001 ) cet ke 9 hlm 2
[8]Adang Rukhiyat hlm 55
[9]Undang undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang pembentukan karakter sebagai tujuan pendidikan.
[10]Warta Ibrahim Rapius Djuko SamsiahPeran Guru Dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo)
[11] Heri Waluyo (06210074)Upaya Guru PKN Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP Muhammadiyah Gubug (Semarang,2010)
[12]M.Syukri Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura Pontianak (Pontianak 2006)
[13] Al-Ghazali, Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk, hlm. 181
[14]Hurlock(2003:300)
[15]Maghfiroh Anis Watul (2012)
[16]Buku saku Pramuka
[17]Buku Saku PBB(pelatihan baris berbaris)
[18]Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), hlm.13
[19]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993), cet. ke-3, hlm. 2
[20]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, hlm.60
[21]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 6
[22]Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), (Bandung  : Alfabeta, 2006), hlm. 51
[23]Ibid, hal. 52
[24] Sutrisno Hadi, Metode Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1984), hal. 85
[25] Zainal Arifin,Evaluasi Instruksional Prinsip Metode Prosedur,(Bandung: Remaja Karya, 1988), hal.54
[26]S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004). Cet. Ke-4, hlm. 167
[27]Anas Sudijono, Metodologi Riset dan Bimbingan Sekripsi, (Yogyakarta: UD . Rama,1983), hal.45
[28]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, hlm. 84
[29]Ibid, hlm. 84
[30]Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 17
[31]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007) , hlm. 204
[32]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, hlm. 144
[33]Rochiati Wiriaatmadja, Metode penelitian kualitatif hlm. 168
[34]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian pendidikan, hlm. 104
[35]Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penlitian Tindakan (Acton Research), hlm. 46

Share on Google Plus

About Rudi Hartono

0 comments:

My Personal Identity

Followers