MENUMBUHAKAN JIWA LEADERSHIP PADA ANAK USIA
DINI MELALUI BARISAN KREATIV
Proposal
ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Seminar Proposal”
Dosen
pengampu : Suyadi, M.Pd.I
Disusun
oleh :
Rudi
Hartono 11 17 0163
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
STPI BINA INSAN MULIA
YOGYAKARTA
2014
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam
islam kepemimpinan sering disebut sebagai imamah sedangkan orangnya
disebut sebagai imam.Tugas seorang imam
atau pemimpin dalam islam sejatinya adalah sebagai pengendali sebuah
negara,yang bertanggung jawab penuh atas keadaan suatu negara, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, setiap kamu adalah pemimpim dan
tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggung jawabannya[1]. Tugas
pemimpin adalah mengajak rakyatnya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan
kesesatan dan menerapkan hukum-hukum Allah dengan sebenar-benarnya sebagaimana diterangkan
dalam Al- Qur’an, “Kamu
(wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah)
umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan
melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan
sebenar-benar iman)”[2]
Sebut
saja tahun 2014 adalah tahun pertarungan para elit politik atau sering kita
sebut sebagai pemilu (pemilihan umum). Pemilu adalah proses pemilihan orang –
orang untuk mengisi jabatan politik tertentu,jabatan – jabatan tersebut
beraneka ragam ,mulai dari presiden,wakil ,rakyat diberbagai pemerintahan
,sampai kepala desa.[3] Pada
tanggal 9 April 2014 semua warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat
hak pilih di wajibkan untukmencoblos wakil rakyat atau calon pemimpin negri
ini. Semua ikut mengambil bagian,darimulai artis sampai mantan narapidana ikut
andil memeriahkan pesta demokrasi negri ini, untuk memperebutkan kursi DPD,DPR,
Maupun DPR-RI.Kekuatan argumen, visi serta misi dari masing masing untuk
dipertarungkan dengan visi misi calon wakil rakyat yang lain. Partai menjadi
kendaraan perang yang mereka gunakan untuk menduduki kursi rakyat.Mereka
berkompetisi untuk menjadi orang- orang yang siap menjadi tulang punggung dan
tempat keluh bagi rakyat dan siap memimpin untuk periode 5 tahun negri ini.
Mengerucut
pada pembahasan tentang
pemimpin bahwa berdasarkan buku riset Joseph S Nye, sejak tahun 1920an hingga 1990an, ada 221 definisi tentang kepemimpinan. Dan pengertian paling mutakhir tentang kepemimpinan adalah konteks hubungan antara pemimpin dan pengikutnya ,kepemimpinan adalah masalah hubungan sosial dengan tiga komponen kunci : pemimpin, pengikut, dan konteks interaksi keduanya. Kuatnya pengertian kepemimpinan yang semacam ini dipicu oleh revolusi informasi. Setiap orang relatif terpapar informasi yang sama. Padahal informasi itulah yang membuat seseorang menjadi lebih unggul dibanding yang lainnya. Akibat kesetaraan informasi itu kehidupan politik dan organisasi tertransformasi. “Hierarkhi menjadi lebih datar dan melekat pada jaringan hubungan yang cair.” Pemimpin tak lagi berada di puncak struktur hierarkhi tapi berada di pusat lingkaran. Karena itu ada yang mengatakan kepemimpinan menjadi bersifat feminin : soft power menjadi lebih penting dibandingkan hard power.[4]
pemimpin bahwa berdasarkan buku riset Joseph S Nye, sejak tahun 1920an hingga 1990an, ada 221 definisi tentang kepemimpinan. Dan pengertian paling mutakhir tentang kepemimpinan adalah konteks hubungan antara pemimpin dan pengikutnya ,kepemimpinan adalah masalah hubungan sosial dengan tiga komponen kunci : pemimpin, pengikut, dan konteks interaksi keduanya. Kuatnya pengertian kepemimpinan yang semacam ini dipicu oleh revolusi informasi. Setiap orang relatif terpapar informasi yang sama. Padahal informasi itulah yang membuat seseorang menjadi lebih unggul dibanding yang lainnya. Akibat kesetaraan informasi itu kehidupan politik dan organisasi tertransformasi. “Hierarkhi menjadi lebih datar dan melekat pada jaringan hubungan yang cair.” Pemimpin tak lagi berada di puncak struktur hierarkhi tapi berada di pusat lingkaran. Karena itu ada yang mengatakan kepemimpinan menjadi bersifat feminin : soft power menjadi lebih penting dibandingkan hard power.[4]
Kepemimpinan menurut surat keputusan Badan
Administrasi Kepegawaian Negara No 27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk meyakinkan
orang lain sehingga dapat dibawa turut dalam pekerjaan. Kepemimpinan menurut
surat edaran kepala Badan Administrasi Negara
No 02/SE/1980 ialah kemampuan seseorang pegawai negri sipil untuk
meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal.[5]
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.[6]Dalam
kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi dari
pemimpin dan hubungan kepatuhan–ketaatan para pengikut atau bawahan karena
dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin.Para pengikut terkena pengaruh kekuatan
dan pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin.[7]
Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajeman tidak
lain merupakan suatu bakat atau kewibawaan yang mampu menggerakan orang
lain,baik secara perorangan maupun kelompok didalam suatu organisasi sehingga
menimbulkan kemauan dan kemampuan untuk melakukan suatu dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.[8]
Membahas
mengenai pemimpin tentu kita masih ingat dengan kasus para wakil rakyat yang secara
sadar melakukan tindakan tidak terhormat yaitu dengan menyelewengkan uang
rakyat untuk kepentingan pribadi dan golongan – golongan tertentu, tidur saat
sedang rapat besar, melakukan penyuapan, menonton video seronok ketika sedang
rapat, serta asyik bermain gadget seolah acuh tak acuh dengan janji yang dulu
pernah diucapkan dihadapan rakyanya, serta masih banyak norma maupun kode etik
yang dilanggar seolah mereka sudah kehilangan
karakter sebagai seorang pemimpin. Menurut Megawangi (2012:12) menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki sebuah kualitas karakter yang baik meliputi sembilan
pilar yaitu:
(1)
cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya,
(2)
tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian,
(3)
kejujuran,
(4)
hormat dan santun,
(5)
kasih sayang, kepedulian dan kerjasama,
(6)
percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
(7)
kepemimpinan dan keadilan,
(8)
baik dan rendah hati,
(9)
toleransi, cinta damai dan persatuan.
Dan juga dalam dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal
3 tentang pembentukan karakter sebagai tujuan pendidikan, sebagaimana tercantumtungsi
dan tujuan pendidikan nasional adalah: “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”[9]
Hal ini yang menjadi tujuan diadakanya penelitian
tindakan kelas, bahwa hal penting yang harus dikembangkan pada anak usia dini
adalah karakter kepemimpinan, sebab ketika anak dalam masa golden age maka
seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya mampu berkembang jika guru mampu
menstimulasinya dengan baik selian itu guru maupun orang tua tentunya
mendambakan anak yang memiliki sifat kepemimpinan (leadership) yang baik
terutama agar anak menjadi seorang pemimpin masa depan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
berdasarkan kesenjangan antara idealita dan
realita di atas maka
penelitian
ini, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengapa karakter kepemimpinan anak perlu ditumbuhkan sejak usia dini?
2. Apakah menggunakan metode barisan kreatif dapat menumbuhkan sikap mandiri ,jiwa social serta berkarakter?
3. Bagaimana menumbuhkan jiwa leadership pada anak dengan menggunakan metode barisan kreatif?
1. Mengapa karakter kepemimpinan anak perlu ditumbuhkan sejak usia dini?
2. Apakah menggunakan metode barisan kreatif dapat menumbuhkan sikap mandiri ,jiwa social serta berkarakter?
3. Bagaimana menumbuhkan jiwa leadership pada anak dengan menggunakan metode barisan kreatif?
C.
Tujuan
1Mengetahui semangat dan antusiasme anak dalam pembelajaran di kelas dengan metode barisan kreatif.
2 Mengetahui sejauh mana perkembangan motorik kasar anak ketika di centra pembelajaran.
3.Membandingkan metode baris berbaris biasa dengan sedikit modifikasi pada barisan
1Mengetahui semangat dan antusiasme anak dalam pembelajaran di kelas dengan metode barisan kreatif.
2 Mengetahui sejauh mana perkembangan motorik kasar anak ketika di centra pembelajaran.
3.Membandingkan metode baris berbaris biasa dengan sedikit modifikasi pada barisan
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis
a.
Manfaat bagi Guru
1)
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap penyajian materi yang lebih menarik terhadap anak usia
dini.
2) Memperbanyak
metode metode mengajar pada anak usia dini.
b. Manfaat
bagi Sekola
Meningkatkan kualitas / mutu pendidikan di TK yang bersangkutan.
Meningkatkan kualitas / mutu pendidikan di TK yang bersangkutan.
c.
Manfaat bagi Anak
Meningkatkan semangat belajar anak dengan banyaknya metode pembelajaran yang lebih menarik
Manfaat Praktis
Meningkatkan semangat belajar anak dengan banyaknya metode pembelajaran yang lebih menarik
Manfaat Praktis
Memberikan
sumbangan terhadap dunia pendidikan agar dalam penyusunan kurikulum tetap
mengedapankan prinsip teori “belajar sambil bermain,bermain seraya belajar”
salah satunya dengan metode barisan kreatif.
E.
Kajian
Pustaka
Penelitian yang serupa penelitian ini sudah dilakukan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Penelitian yang serupa penelitian ini sudah dilakukan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama,
penelitian yang dilakukan oleh Warta Ibrahim RapiusDjuko Samsiah Jurusan pendidikan anak
usia dini Universitas Negeri Gorontalo dengan judul skripsi “Peran Guru Dalam
Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto
Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango” yang membahas mengenai peran guru
dalam mengembangkan karakter kepemimpinan anak kelompok B di TK Kartini Toto
Selatan Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang ditinjau dari peran guru
sebagai pendidik, peran guru sebagai pembimbing dan peran guru sebagai model dan
teladan.Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1)Peran guru sebagai
pendidik dilakukan dengan cara mengidentifikasi anak-anak yang memiliki
karakter kepemimpinan, menentukan indikator-indikator kepemimpinan yang harus
dikembangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang tepat untuk
menstimulasi kemampuan anak yang berhubungan dengan karakter kepemimpinan;
2)Peran guru sebagai pembimbing dilakukan dengan cara memberikan bimbingan pada
anak yang sulit berkomunikasi disaat memimpin teman-temannya, dan terus
berusaha mencari solusi pemecahan masalah yang berhubungan dengan karakter
kepemimpinan anak; 3) Peran guru sebagai model dan teladan yakni memberikan
contoh kepemimpinan kepada anak, bersikap baik saat menghadapi anak yang kurang
memiliki karakter kepemimpinan.Sedangkan metode yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif
kualitatif.[10]
Kedua penelitian
yang dilakukan oleh Heri Waluyo yang berjudul “ Upaya Guru PKN
Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP
Muhammadiyah Gubug” yang
membahas mengenai pembinaan jiwa kepemimpinan melalui kegiatan kepramukaan. Adapun hasil
penelitiannya yaitu: memberikan
pelatihan dalam bentuk upacara,menanamkan kedisiplinan,melatih siswa untuk
berorganisasi,menumbuh kembangkan
sikap percaya diri, menanamkan jiwa patriotism dan cinta tanah air. Sedangkan metode yang
digunakan yaitu : pendekatan
deskriptif kualitatif.[11]
Ketiga
penelitian yang dilakukan oleh M.Syukri yang berjudul “Pendidikan Berbasis
Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura Pontianak” yang
membahas mengenai pembentukan karakter dalam pembelajaran kontekstual dengan
berbagai model dan metode yang terarah.Adapun Hasil penelitiannya yaitu bahwa
tiga hal yang harus berlangsung terintegrasi dalam pembentukan karakter
anak, yaitu: Pertama,anak mengerti baik dan buruk, mengerti
tindakan apa yang harus diambil mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua,mempunyai kecintaan terhadap kebaikan, dan membenci perbuatan buruk.Kecintaan
ini merupakan semangat untuk berbuat
kebaikan, misalnya anak tak mau
berbohong.Ketiga,anak mampu
melakukan
kebaikan dan terbiasa melakukannya.Adapun metode yang digunakan yaitu telaah
pustaka dan kajian teori serta kompilasi dengan hasil –hasil riset di lapangan.[12]
PENELITI
|
JUDUL
|
METODE
|
TEMUAN
|
Warta
Ibrahim Rapius Djuko Samsiah
|
Peran Guru
Dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini
Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango”
|
pendekatan deskriptif kualitatif.
|
1)Peran guru
sebagai pendidik
2)Peran guru
sebagai pemteoribimbing
3) Peran guru
sebagai model dan teladan yakni memberikan contoh kepemimpinan kepada anak,
|
Heri Waluyo
|
Upaya Guru PKN
Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP
Muhammadiyah Gubug
|
pendekatan deskriptif kualitatif.
|
memberikan
pelatihan dalam bentuk upacara,menanamkan kedisiplinan,melatih siswa untuk
berorganisasi, menumbuhkembangkan sikap percaya diri, menanamkan jiwa
patriotism dan cinta tanah air
|
M.Syukri
|
“Pendidikan
Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura
Pontianak”
|
pendekatan deskriptif kualitatif.
|
1) Anak
mengerti baik dan buruk,
2) Memunyai
kecintaan terhadap kebaikan, dan
membenci perbuatan buruk.
3) Anak
mampumelakukan kebaikan dan terbiasa melakukanya
|
Rudi Hartono
|
Mengembangkan
jiwa leadership anak usia dini melalui barisan kreatif
|
Deskriptif
kualitatif
|
Anak mampu
melakukan baris dan belajar lebih baik.
Anak lebih
aktiv dalam belajar karena tidak bosan dengan metode yang diterapkan.
|
F. Kajian Teori
Membangun
karakter anak sejak dini, sangat penting bagi guru dan orang tua, harapannya
agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik salah satunyaadalah karakter
kepemimpian. Pada anak, pemimpin adalah anggota yang diterima dalam kelompok,
yang paling tepat untuk mewakili cita-cita kelompok dibandingkan anggota kelompok
yang lain. Anggota yang lain mau mengikuti mereka karena mereka
mampu memperlihatkan penguasaan mereka akan hubungan sosial, mampu
memancing reaksi positif kelompok terhadap mereka dan mampu memberikan
andil yang lebih besar dibandingkan dengan anggota yang lain untuk
memuaskan kebutuhan kelompok secara keseluruhan. Begitu besar manfaat karakter
kepemimpinan, akan lebih baik apabila karakter ini mulai diajarkan sejak dini. Dengan
begitu bakat dan potensi bisa terasah dengan maksimal. Beberapa cara
untuk menstimulasi jiwa pemimpin pada anak diusia sekolah yang
dikemukakan oleh Ekawati, dkk (2012:1) sebagai berikut:
a) jujur adalah keberanian untuk
mengungkapkan sesuatu dengan dengan kondisi sebenarnya, b)integritas adalah
kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diemban secara total atau penuh
dedikasi, c) adil, sifat adil ditumbuhkan dalam keseharian,d) pemberani, tumbuhkan
jiwa pemberani pada diri anak,e)pembelajar, tumbuhkan rasa ingin tahu anak melalui
kegiatan sehari-hari, f)kerjasama
adalah kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Seorang pemimpin (kepala Negara) memiliki tugas dan tanggung
jawab yang berat dan mulia. Oleh karena itu seorang pemimpin (kepala Negara)
menurut al-Ghazali harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.
Tanggung jawab. Hal yang harus diketahui oleh seorang pemimpin adalah batas dan
kadar kekuasaan serta menyadari kemungkinan buruk kekuasaan untuk sesegera
mungkin mengevaluasi.
2.
Menerima pesan ulama. Seorang pimpinan mesti senang bergaul dengan para ulama'
dan menerima nasehat mereka. Tapi ia perlu waspada akan ulama' alsu' (ulama'
culas), yang hanya menginginkan kekayaan duniawi.
3. Berlaku baik kepada bawahan. Secara
garis besar dapat dikemukakan di sini bahwa seorang pimpinan (kepala negara)
yang punya minat dan tekad untuk menegakkan keadilan, ia mesti mengatur dan
mengarahkan para petugas dan pegawainya kepada keadilan. Ia mesti menjaga
mengawasi keadaan mereka, keluarga dan anak-anak mereka, juga rumah dan tempat
kediaman. Namun pengawasan ini tidak akan efektif, kecuali sang pimpinan telah
lebih dulu berlaku adil dan memelihara dirinya. Misalnya, tekanan emosi dan
amarahnya
tidak
mengalahkan rasionalitas dan agamanya. Demikian pula rasionalitas dan agamanya
tidak tunduk kepada emosi dan amarahnya, akan tetapi emosi dan amarahnya tunduk
pada rasio dan agama.
4 .Rendah hati dan penyantun.
Janganlah berhati takabur dan bersikap sombong. Kepala negara haruslah
merasakan dirinya sama dengan para rakyat biasa di dalam segala hal.
5.Tidak
mementingkan diri sendiri. Segala persoalan dan kejadian akan dilaporkan kepada
anda. Menanggapi hal ini, anda mesti mengandaikan diri anda sebagai salah
seorang rakyat biasa dan orang lain sebagai pemimpin anda. Segala hal yang
tidak anda sukai untuk diri anda sendiri, maka ia juga tidak disukai oleh
seorang pun dari kalangan umat islam. Jika anda menyukai sesuatu untuk mereka
yang tidak anda sukai untuk anda sendiri, sungguh anda telah berkhianat dan
menipu rakyat anda.
6.Loyalitas
tinggi. Tidak sepatutnya baginda mencemooh orang-orang yang menunggu di depan
pintu baginda untuk suatu keperluan. Waspadalah anda dari kemungkinan buruk
ini. Jika seorang telah datang kepada anda untuk suatu kepentingan, maka janganlah
anda menyibukkan diri dengan ibadah74 ibadah sunnah sebab memenuhi kebutuhan
dan kepentingan umat islam jauh lebih utama dibanding ibadah sunnah.
7.
Hidup sederhana. Seorang kepala negara harus dapat mengendalikan dorongan hawa
nafsu seperti mengenakan pakaian mewah dan makanan yang lezat-lezat . Semesti
bersikap qona’ah (menerima apa adanya) dalam segala hal. Karena tidak ada
keadilan tanpa sifat qonaah.
8.Lemah
lembut. Jauhilah sifat-sifat yang kasar dan keras, selama sifat lunak lembut
dan bijaksana masih dapat di lakukan.
9.
Cinta rakyat. Hendaklah kepala negra
berusaha untuk membuat rakyat senang dan rela, sesuai dengan tuntutan dan
kehendak agama. Nabi pernah bersabda kepada sahabatnya: "sebaik-baik
umatku adalah orang-orang yang mencintaimu dan kau pun mencintai mereka. Dan
seburuk-buruk umatku adalah orang-orang yang membenci kalian, dan kalian pun
membenci mereka. Mereka mengutuk kalian dan kalian pun turut mengutuk
mereka".
10.Tulus
dan ikhlas. Setiap penguasa dilarang mencari kesenangan seseorang dengan
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan agama. Sebab seseorang yang benci
atau murka karena ada sesuatu yang berlawanan dengan syara', maka kemurkaannya
tidak dipandang bahaya. Umar ibnu khattab pernah berkata, "suatu hari,
hampir separuh penduduk berada dalam kebencian. Dan tentu saja orang yang
dituntut untuk menyerahkan hak orang lain darinya akan murka, sementara dalam
satu kasus tidak mungkin memenangkan kedua-duanya (kedua belah pihak yang
sedang terlibat sengketa). Orang yang paling bodoh adalah orang yang
meninggalkan ridha allah, hanya karena mencari ridha manusia[13]
Secara
umum karakteristik pemimpin diusia anak-anak menurut Hurlock (2003:300) adalah
sebagai berikut:
a.
Penampilan
Penampilan
tidak selalu lebih tampan atau lebih cantik daripadapengikutnya,tetapi biasanya
memiliki penampilan keseluruhan yang lebihbaik dan mengundang perhatian dan
rasa hormat.
b.
Popularitas
Pemimpin
selalu popular tetap tidak selalu menjadi pemimpin.
c.
Rasa aman
Pemimpin
yang memiliki rasa aman yang timbul dari realisasi sikap kelompok terhadap
mereka.
d.
Kesesuian dengan
cita-cita kelompok
Pemimpin
yang memiliki keesuaian dengan cita-cita kelompok akan selalu ditaati dan
dipatuhi.
e.
Penyesuaian
dengan pribadi social
Pemimpin
yang berhasil melakukan penyesuaian pribadi social dengan baik karena dapat
menerima diri dan percaya diri bahwa mereka memiliki sesuatuuntuk disumbangkan
kepada orang lain.
f.
Kematangan
Karena
faktor usia dan pola asuh, pemimpin menimbulkan kesan bahwa mereka lebih matang
daripada anggota kelompok yang lain.
Kepemimpinan melibatkan
hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan
perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki
bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).Pengaruh (influence) dalam hal ini
berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang
pasif,tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan
demikian kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi. Pemimpin
mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya.Orang-orang yang terlibat dalam
hubungan tersebut menginginkan sebuah perubhan sehingga pemimpin diharapkan
mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan bukan mempertahankan
status quo. Selanjutnya, perubahan tersebut bukan merupakan sesuatu yang diinginkan
pemimpin, tetapi lebih pada tujuan yang
diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan
ini menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi
pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama.[14]
1.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Karakter Kepemimpinan Anak.
Perkembangan
karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh factor bawaan (nature)
dan faktor lingkungan (nurture). Setiap manusia memiliki potensi bawaan
yang akan bermanifestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait
dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu sosialisasi dan
pendidikan awal yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan baik dikeluarga, sekolah
maupan lingkungan yang lebih luas, Megawangi (2003:11).
Faktor
nurture yaitu proses sosialisasi atau pendidikan yang dilakukan oleh
keluarga (orang tua), sekolah (guru), lingkungan (masyarakat) yang lebih luas
memegang peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang. Menurut Megawangi
(2003:12), anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat
tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang
dilahirkan suci dapat berkembang lebih optimal. Apabila pada diri anak kita
tanamkan sikap kepemimpinan, maka secara perlahan karakter kepemimpinan pada
anak akan terbentuk. Dalam membentuk karakter diperlukan pemimpin pembentuk
karakter yang kuat, karena pemimpin yang kuat sebagai fasilitator terbangunnya
individu yang berkarakter.Pemimpin sebagai reformator yang memiliki integritas
karena jatuh dan bangun karakter anak yang baik tergantung orang tuanya dan
guru.
2.
Menumbuhkan dan
Mengembangkan Kepemimpinan Pada Anak
Kepemimpinan
yang berhasil adalah mampu menggunakan perangkatnya dalam mencapai tujuan,
Elfindri dkk, (2012:18).Kepemimpinan dapat diperoleh melalui belajar di
sekolah, di organisasi, maupun di tengah masyarakat.Untuk itu, kepemimpinan
perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pada diri anak sejak dini.Menurut Lisdawati
(2007:9) menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan, ada tiga hal yang penting
untuk dilakukan yakni: 1) kita harus menyadari bahwa nasib berada ditangan
kita; 2) kitalah yang menjadi sutradara terhadap kehidupan kita; 3) Tuhan tidak
akan merubah nasib kita kecuali kita sendiri yang merubahnya. Berdasarkan hal ini,
bahwa untuk menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan, kita harus menjalaninya
dari hari kehari.Menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkannya hingga menjadi
suatu karakter.Untuk itu tidak bisa dengan cara yang cepat. Kepemimpinan hanya
dapat dijalani setahap demi setahap dan itu dimulai dengan melakukan perjalanan
ke dalam diri kita sendiri.
3.
Peran Guru dalam
Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Anak Usia Dini Melalui Barisan Kreatif.
Menanamkan
kemampuan dasar kepemimpinan pada anak dapat dilakukan dengan cara melatih self
leadership yakni melatih anak untuk dapat memimpinkelompok. Hal tersebut dapat
dilakukan, dengan cara yang sederhana yakni:
1)Memimpin baris berbaris teman-teman di depan kelas,
2) memimpin menyanyi didalam kelas;
3) memimpin kegiatan baris-berbaris sebelum memasuki
kelas,
4) memimpin kelompok bermain serta berinteraksi dengan
teman-temannya.
Selain itu kepemimpinan, dapat diciptakan dalam diri
anak melalui,
1) anak berdoa sebelum dan sesudah makan,
2) anak mengerjakan tugas individu yang diberikan oleh
guru dengan baik sesuai petunjuk guru,
3) berinisiatif untuk maju jika guru menawarkan untuk
menjawab pertanyaan di depan.[15]
Baris berbaris
adalah suatu Wujud latIhan fisik,
yang diperlukan guna
menanamkankebiasaan dalam tata cara
kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.[16]
1.
Pengertian aba-aba
Aba-aba adalah
suatu perintah yang diberikan oleh seseorang Pemimpin kepada yang dipimpin
untuk dilaksanakannya pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.
2. Macam
aba-aba
a. Aba-aba
petunjuk dipergunakan hanya jika perlu untuk menegaskan maksud Dari pada aba-aba
peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
1)Kepada Pemimpin
Upacara-Hormat - GERAK
2)Untuk amanat-istirahat
di tempat - GERAK
b. Aba-aba
peringatan adalah inti
perintah yang cukup jelas,
untuk dapat
dilaksanakan
tanpa ragu-ragu.
Contoh:
a)Lencang
kanan - GERAK
(bukan
lancang kanan)
b)Istirahat
di tempat - GERAK (bukan ditempat istirahat)
c. Aba-aba
pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba
pelaksanan yang dipakai ialah:
1)Gerak
2)Jalan
3)Mulai[17]
Adapun
yang baris berbaris yang dimaksudkan yaitu tidak hanya terjadi ketika anak-
anak akan memasuki ruang kelas namun barisan kreatif yang dimaksudkan yaitu ketika
dalam pembelajaran juga bisa disisipkan atau diintegrasikan dalam sebuah rancana kegiatan harian (RKH). Makna penjabaran
dari barisan kreatif itu sebagai contoh ,
semisal ketika anak ramai dan tidak terkondisi biasanya guru menggunakan ice
break berupa tepuk, menyanyi bahkan sebagian guru ada yang memarahi anak
didiknya. Hal berikut bisa diterapkan dalam konteks pembelajaran klasikal ataupun
sudut,memanggil anak yang bermasalah dan beri arahan ,katakan ketika dipangggil
bilang “siap”, dan boleh juga
dikondisikan seperti keadaan orang siap (berbaris), lalu mengajari anak
tersebut untuk berlatih memimpin teman-temannya,contoh : anak Nurul Dzikri,
serentak teman yang lain bilang siap dan anak – anak diajarkan untuk kondisi
siap walaupun tidak dalam barisan(focus)
G. Metodologi Penelitian
1. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak didikkelas B semester II tahun pelajaran
2013/2014 di RA Nurul Dzikri yang beralamat di Kompleks Masjid Nurul Jariyah
Jln. Alpokat 9 RT 06/RW 64 Perumahan Jambu Sari Indah ,Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta (0274) 7104966. Sekolah ini berdiri ditengah komplek
perumahan dengan luas tanah 1500 M2 ,dengan status terakreditasi A.Adapun
ruangan ini memiliki 4 ruangan sentra ,sentra persiapan ,sentra balok,sentra
main peran,dan sentra bahan alam .dengan kepala sekolah ibu Nova Indiati
Se,M.Si.
2.
Jenis Penelitian
Penelitian yang mengangkat judul ”Menumbuhkan
Jiwa Leadership Anak Usia Dini Melalui Barisan Kreatif (Penelitian Tindakan
Kelas Di Ra Nurul Dzikri Jambu Sari Di Kelas B)”. Penelitian
ini menggunakan jenis kualitatif dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroam
Action research) yang biasa disingkat PTK,
dalam rangka memecahkan masalah yang ada. PTK merupakan suatu penelitian
praktis, bagaimana sekelompok guru
dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman
sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek
pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut.[18] Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[19]Beberapa
deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang
mengarah pada penyimpulan.[20]
Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri tertentu diantaranya adalah pengambilan
data dilakukan secara alami, berupa kata-kata atau gambar (deskriptif),
peneliti adalah sebagai instrumen utama, metode kualitatif dengan analisis data
secara induktif, serta lebih mementingkanproses dari pada hasil. Penelitian
kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan
mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua, menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain).[21]
PTK yang digunakan merupakan PTK Kolaboratif. Penelitian tindakan yang
sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan olehs ekelompok
peneliti melalui kerjasama dan kerja bersama.[22]Kolaborasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah kolaborasi antara guru dengan peneliti (mahasiswa)[23]
3.
Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan
data dari sumber data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Observasi
Metode observasi
adalah suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara
sistematis.[24] Observasi
dilakukan pengalaman dan pengamatan
secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan untuk
mengetahui dan mengamati bagaimana pembelajaran
menggunakan metode barisan kreatif di RA Nurul Dzikri.
a.
Wawancara
Metode wawancara adalah
suatu teknik pengumpulan data, informasi atau pendapat yang dilakukan melalui
percakapan atau tanya
jawab, baik secara langsung
dengan sumbernya.[25] Responden yang
penulis butuhkan dalam
wawancara ini adalah
kepala sekolah, guru,
dan wali murid.Metode ini penulis
gunakan untuk mendapatkan
data-data dari subyek penelitian
yang berhubungan dengan metode barisan
kreatif di RA Nurul Dzikri. Wawancara yang dilakukan secara acak kepada
beberapa anak mengenai aktivitas, tanggapan serta sikap anak dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended. Wawancara
inilebih bersifat informal, teknik wawancara ini tidak dapat langsung
segeradigunakan untuk pengukuran, mengingat subyek mendapat kebebasanuntuk
menjawab sesuka hatinya dan pertanyaan dapat menyimpang darirencana semula.[26]
b.
Dokumentasi
Metode dokumentasi
adalah metode pengumpulan
data melalui penelitian
yang bersumber pada
benda tertulis yang
dapat memberikan berbagai
keterangan yang berupa
gambar, buku, catatan,
raport, surat kabar,
agenda, dan sebagainya.[27] Metode ini
penulis gunakan untuk
memperoleh data tentang proses
pembelajaran leadership atau kepemimpinan
serta
data-data yang berkaitan dengan sekolah seperti
data guru, data
jumlah siswa, letak
geografis, sejarah berdirinya
sekolah,struktur organisasi, dan
dokumen lainnya yang
berkaitan dengan penelitian .
c. Catatan Lapangan
Catatan
lapangan ini dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi,
digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dan
untuk mendeskripsikan aktivitas anak maupun guru dalam proses pelaksanaan
kegiatan bersama dalam pembelajaraan di TK.
4.
Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengambil desain yang dikembangkan oleh Kemmis
dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari konsep Kurt Lewin. Model kurt
lewin yang terdiri dari empat komponen yaituperencanaan, tindakan, pengamatan
dan refleksi, kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart ,Kemis dan Mc
Taggart menyatukan komponen tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan.
Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar langkah berikutnya yaitu refleksi.Dari
refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian
tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya.[28]
Model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart.[29]
5. Prosedur
Penelitian
Penelitian ini diawali dengan identifikasi permasalahan hingga tercapai rumusan
masalah yang jelas. Kejelasan permasalahan didukung dengan dilakukannya studi
pendahuluan, yaitu dengan melakukan wawancara dan diskusi lebih lanjut,
mengenal sekolah tempat dilaksanakannya penelitian,serta mengumpulkan
teori-teori yang sesuai dengan permasalahan. Langkah selanjutnya adalah diskusi
untuk menetapkan solusi yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan.
Pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan langkah-langkah PTK dalam
beberapa siklus, sesuai dengan desain Kemmis dan Mc Taggart dimana setiap
siklus meliputi: perencanaan, tindakan, observsi, dan refleksi. Adapun prosedur
atau langkah-langkah tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Siklus 1
a.
Perencanaan
Perencanaan umum yang dilakukan oleh peneliti dengan guru adalah bagaimana
peneliti dan guru memahami peran masing-masing, proses implementasi open
ended akan dilakukan, evaluasi yang diperlukan, hasilyang diharapkan,
proses monitoring dan observasi.Untuk memperlancar tindakan, peneliti bersama
guru mempersiapkaninstrumen pembelajaran khususnya tentang leadership, antara
lain berupa silabus kurikulum pendidikan karakter,Rencana Pembelajaran (RP),
Lembar Kerja Siswa (LKS). Peneliti juga mempersiapkan instrument penelitian,
yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen yangdigunakan adalah:
lembar observasi, catatan lapangan, dandokumentasi.
b.
Tindakan
Tindakan yang
akan dilakukan adalah menerapkan pembelajaran
bahasa Jawa dengan pendekatan open ended, yang disajikan oleh guru,
sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat.
c.
Observasi
Peneliti perlu
mengamati beberapa hal antara lain:
proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta
persoalan lain yang timbul. Untuk
mempermudah observasi peneliti menggunakan lembar obsevasi sebagai panduan, serta
membuat catatan lapangan.
d.
Refleksi
Peneliti
berusaha mengingat kembali dan merenungkan suatu tindakan persis yang telah
dicatat dalam observasi. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi antara
peneliti dengan guru. Berdasarkan hasil
refleksi dilakukan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan untuk
siklus selanjutnya. Tindakan pada siklus 2, dilakukan berdasarkan perencanaan
dan perbaikan dari hasil refleksi siklus sebelumnya, kemudian dilakukan
refleksi untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi melalui tindakan
kedua.
6.
Teknis Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
secara deskriptif kualitatif .Untuk
meminimalkan subjektivitas, dilakukan dengan triangulasi data. Triangulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.[30] Dalam menganalisis data kualitatif yang
kompleks peneliti menggunakan teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh
Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas. Analisis interaktif
tersebut terdiri atas empat komponen kegiatan yang saling terkait satu sama
lain dimulai dari pengumpulan data, dilanjutkan dengan reduksi data, Display
data, dan penarikan kesimpulan.[31]
a.
Pengumpulan
data; Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data pada periode
tertentu.
b.
Reduksi
data; tahap ini digunakan untuk merangkum data, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, serta menghilangkan data yang tidak terpoladari hasil observasi,
pengisian angket, dan catatan lapangan.
c.
Display
data; data yang sudah direduksi, tahap selanjutnya adalah mendisplay data
(menyajikan data). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya.
Yang sering digunakan dalam menyajikan data kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
d.
Kesimpulan;
data yang diperoleh setelah dianalisis kemudian diambil kesimpulannya, apakah
tujuan dari penelitian sudah tercapai atau belum,jika belum maka dilakukan
tindakan selanjutnya, jika sudah tercapai dari tujuan pembelajaran maka
penelitian dapat dihentikan.
7. Kerangka
Pikir Penelitian
Proses pembentukan jiwa kepemimpinan pada anak melibatkan faktor-faktor yang ada
dalam diri anak maupun dari luar diri anak. Faktor yang ada dalam diri anak
antara lain kondisi jasmani dan rohani anak serta faktor kemampuan
intelektualnya. Sedangkan faktor dari luar anak yaitu lingkungan anak. Anak
mengalami perkembangarn baik secara fisik maupun intelektual. Intelektual anak
berkembang dalam tahap-tahap yang berlangsung secara berkesinambungan.
Dalam hal ini pembentukan karakter kepemimpinanberkembang
sesuai dengan perkembangan usia anak, lingkungan serta adanya stimulus dan
respon dari orang lain. Anak usia sekolah memiliki dua lingkungan dimana
sehari-hari mereka tinggal dan beraktivitas. Di sekolah, guru dan teman-teman
merupakan orang terdekat anak yang turut andil dalam membentuk karakter anak.
Dalam merangkum penelitian ini, penulis menggunakan metode
deskriptif, analisis non statistik
dengan pola berfikir
deduktif dan induktif.
a. Metode deduktif
a. Metode deduktif
Adalah metode
dengan cara mengambil
kesimpulan yang berdasar
data yang bersifat
umum menuju hal-hal
yang khusus.
b. Metode induktif
b. Metode induktif
Adalah metode
yang digunakan untuk
menganalisa masalah-masalah yang
sifatnya khusus kemudian
ditarik kesimpulan yang
bersifat umum.
8. Keabsahan Data
Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam pemecahan masalahyang
dihadapi.Data yang tepat dan cukup sangat penting artinya untuk mengantarkan
peneliti pada perumusan kesimpulan yang baik dan benar.Penelitian dengan data
yang keliru, baik karena kekeliruan sumber datany amaupun kekeliruan sifat dan
jenis datanya, tidak banyak artinya bagi pemecahan masalah penelitian, serta
tidak mustahil akan menimbulkan masalah-masalah baru terutama dalam penelitian
tindakan/ action research.Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu
tidaknya sebuah penelitian.Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengukur data.Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan
penting yaitu valid dan reliabel.[32] Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, serta dapat mengungkap dari variabel
yang diteliti secara tepat. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik.
Salah satu langkah dalam prosedur untuk mendapatkan derajat keterpercayaan
ialah validasi, yang dalam penelitian kualitatif lebih disukai dengan istilah
verifikasi. Untuk mendapatkan data yang absah, dalam hal inipeneliti melakukan
beberapa cara validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas
menurut versi Hopkins[33] untuk menguji derajat keterpercayaan atau
derajat kebenaran, antara lain:
a. Melakukan validasi dengan triangulasi
b. Meminta nasihat kepada pakar (expert
judgment), yaitu kepadapembimbing dan dosen lain yang berpengalaman di bidang
penelitiantindakan kelas
c. Melakukan key
respondents review, dengan meminta teman sejawatmengetahui penelitian yang
sedang dilakukan.
Selain itu kredibilitas data kualitatif diupayakan tercapai melalui
beberapa strategi antara lain: pengumpulan data yang relatif lama, strategi
multi metode/paduan, dan penghimpunan beberapa teknik pengumpulan data.[34] MenurutMadya (2006) salah satu cara untuk
meyakinkan pembaca tentang tingkat reliabilitas data adalah dengan menyajikan
data asli, seperti daftar wawancara dan catatan lapangan atau menggunakan lebih
dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama.[35]
H. Sistematika Pembahasan
Keseluruhan
skripsi ini terdiri dari empat bab
sebagai berikut :
Bab I: Merupakan bab
pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang menguraikan kajian pokok
penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kajian teori, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Menguraikan gambaran umum lokasi
penelitian yang mencakupdenah lokasi, visi dan misi, sejarah dan berdirinya,
keadaan guru dan karyawan, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana.
Bab III : Berisi tentang pembahasan hasil
penelitian yang terdiri dari tiga siklus dengan mengakomodir tiga point utama
rumusan masalah sekaligus merupakan jawaban rumusan masalah.
Bab IV : Bab ini
merupakan bab penutup yang berisikan
kesimpulan dari hasil penelitian dan saran. Pada bagian akhir ini penulis
menyertakan daftar pustaka dan lampiran-lampiran pendukung.
DAFTAR PUSTAKA
·
Husaini
Husman,Manjamen :teori,praktik,dan riset pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara.273
·
T.Hani Handoko ,
Manajemen edisi 2, (Yogyakarta : BPFE 2003 ) cetakan ke 16 hlmn 294-295
·
Kartini Kartono
,Pemimpin Dan Kepemimpiian Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta : Raja
Grafindo Persada 2001 ) cet ke 9 hlm 2
·
Adang Rukhiyat
hlm 55
·
Joseph S Nye Jr, The
Powers to Lead ,tahun 2008
·
Husaini
Husman,Manjamen :teori,praktik,dan riset pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara.273
·
T.Hani Handoko ,
Manajemen edisi 2, (Yogyakarta : BPFE 2003 ) cetakan ke 16 hlmn 294-295
·
Kartini Kartono
,Pemimpin Dan Kepemimpiian Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta : Raja
Grafindo Persada 2001 ) cet ke 9 hlm 2
·
Adang Rukhiyat
hlm 55
·
Undang undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang pembentukan
karakter sebagai tujuan pendidikan.
·
Warta Ibrahim Rapius
Djuko SamsiahPeran Guru Dalam Mengembangkan Karakter Kepemimpinan Pada Anak
Kelompok B Di Tk Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo)
·
Heri Waluyo (06210074)Upaya Guru PKN
Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP
Muhammadiyah Gubug (Semarang,2010)
·
M.Syukri Pendidikan
Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura Pontianak (Pontianak 2006)
·
Hurlock(2003:300)
·
Maghfiroh Anis Watul
(2012)
·
Buku saku Pramuka
·
Rochiati
Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan
Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), hlm.13
·
Lexy J. Moleong,
Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993), cet. ke-3, hlm. 2
·
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, hlm.60
·
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan, hlm. 6
·
Suwarsih Madya, Teori dan Praktik
Penelitian Tindakan (Action Research), (Bandung
: Alfabeta, 2006), hlm. 51
·
Ibid, hal. 52
·
Al-Ghazali, Al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk, hlm. 181
[1] Hadits riwayat Bukhari Muslim
[2] Al-qur’an Surah Ali `Imran: 110 surat ke 3 juz 2
[3]Wikipedia.org/wiki/pemilihan_umum.html diakses 28 Maret 2014
[5]Husaini Husman,Manjamen :teori,praktik,dan riset pendidikan,(Jakarta :
Bumi Aksara.273
[6]T.Hani Handoko , Manajemen edisi 2, (Yogyakarta : BPFE 2003 ) cetakan ke
16 hlmn 294-295
[7]Kartini Kartono ,Pemimpin Dan Kepemimpiian Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu ? (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001 ) cet ke 9 hlm 2
[8]Adang Rukhiyat hlm 55
[9]Undang undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3
tentang pembentukan
karakter sebagai tujuan pendidikan.
[10]Warta
Ibrahim Rapius Djuko SamsiahPeran Guru Dalam Mengembangkan Karakter
Kepemimpinan Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten
Bone Bolango Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo)
[11] Heri
Waluyo (06210074)Upaya Guru PKN Menanamakan Jiwa Kepemimpinan Melalui
Pendidikan Kepramukaan Kelas VII SMP Muhammadiyah Gubug (Semarang,2010)
[12]M.Syukri
Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran Kontekstual di SD Tanjungpura
Pontianak (Pontianak 2006)
[14]Hurlock(2003:300)
[15]Maghfiroh
Anis Watul (2012)
[16]Buku
saku Pramuka
[17]Buku Saku PBB(pelatihan baris berbaris)
[18]Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan
Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), hlm.13
[19]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993), cet. ke-3, hlm. 2
[20]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, hlm.60
[21]Nana
Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 6
[22]Suwarsih
Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), (Bandung : Alfabeta, 2006), hlm. 51
[23]Ibid,
hal. 52
[24]
Sutrisno Hadi, Metode Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1984), hal. 85
[25] Zainal
Arifin,Evaluasi Instruksional Prinsip Metode Prosedur,(Bandung: Remaja Karya,
1988), hal.54
[26]S.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004).
Cet. Ke-4, hlm. 167
[27]Anas
Sudijono, Metodologi Riset dan Bimbingan Sekripsi, (Yogyakarta: UD .
Rama,1983), hal.45
[28]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah
Pendekatan Praktek, hlm. 84
[29]Ibid, hlm. 84
[30]Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
hlm. 17
[31]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007) , hlm. 204
[32]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah
Pendekatan Praktek, hlm. 144
[33]Rochiati Wiriaatmadja, Metode penelitian kualitatif
hlm. 168
[34]Nana
Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian pendidikan, hlm. 104
[35]Suwarsih
Madya, Teori dan Praktik Penlitian Tindakan (Acton Research), hlm. 46
0 comments:
Post a Comment