PENGORBANAN
MASYITOH
SUTRADARA : SUCI (09170068)
PENULIS
NASKAH : SUCI (09170068)
PENATA MUSIK : - DITA RATNA SARI (09170066)
PENATA MUSIK : - DITA RATNA SARI (09170066)
- ANDIKA DWI CANDRA PUTRI (09170080)
PROPERTI
: - WINARNI (09170041)
- DIAN NURUL FAJRIYAH (09170040)
- YANI SUGIYANTI (09170038)
PEMERAN : - MASYITOH à SUCI (09170068)
- FIR’AUN à DITA RATNA SARI
(09170066)
- PUTRI TAIA à SRI LESTARI (09170061)
- PRAJURIT 1 à DIYAH SUKMAWATI
(09170042)
-
PRAJURIT 2 à YANI SUGIYANTI
(099170038)
- ODED à DIAN NURUL FAJRIYAH
(09170040)
- SITERI à ANDIKA DWI CANDRA P.
(09170080)
PENGISI
SUARA : - MASYITOH à DITA RATNA SARI
(09170066)
- FIR’AUN à DIYAH SUKMAWATI
(09170042)
- PUTRI TAIA à SRI LESTARI (09170061)
- PRAJURIT à SUCI (09170068)
- ODED à DITA RATNA SARI
(09170066)
- SITERI à SUCI (09170068)
- ITAMAR à SRI LESTARI (09170061)
- NARATOR à DITA RATNA SARI
(09170066)
STPI BINA INSAN MULIA YOGYAKARTA
BABAK I
(Setting
di kamar Potri Taia)
01. NARATOR : Sebuah persembahan, kisah penggetar
kalbu, kisah penata budi, tentang keteguhan hati, tentang kesetiaan dan iman
seorang hamba pada Tuhannya. Inilah kisah “Pengorbanan Masyitoh"
02. MUSIK : MUSIK PEMBUKA
03. PUTRI
TAIA : Ah, cantik juga ternyata
diriku (BERGAYA DI DEPAN
CERMIN
- IMPROVISASI)
Gaun
yang indah, rambutku yang terurai panjang.
Masyitoh...Masyitoh cepat kemari !
04. MASYITOH : Iya tuan Putri
(SAMBIL
BERLARI MENDEKATI TUAN PUTRI)
Ada
apa Tuan Putri ?
05. PUTRI
TAIA : Coba kau lihat aku ini cantik
bukan?
06.
MASYITOH : Iya...Tuan putri sangat cantik sekali.
Bahkan Tuan Putri
adalah putri tercantik di negeri ini.
07. PUTRI
TAIA : Benarkah Masyitoh aku wanita tercantik
di negeri ini?
08. MASYITOH : Betul Tuan Putri, semua orang akan
terkagum-kagum
melihat kecantikan Tuan Putri.
09. PUTRI
TAIA : (SAMBIL BERGAYA DI DEPAN
CERMIN)
Wah....memang
benar, aku memang cantik sekali. Tapi
Masyitoh,
coba kau lihat rambutku! Tampaknya masih
berantakan,
cepat kau isir dan rapikan rambutku !
10. MASYITOH : Baik Tuan Putri
(SAMBIL
MEMEGANG RAMBUTNYA)
Maaf
Tuan Putri...
(TIBA-TIBA
SISIR YANG DIPEGANG MASITOH
TERJATUH)
11. MASYITOH : ASTAGHFIRULLOH...!
12. PUTRI
TAIA : Hai Masyitoh! Apa yang baru
saja kau katakan? Aku
belum pernah mendengar kata-kata seperti
itu?
13. MASYITOH : Ha...ha...ham...hamba menyebut nama
Allah, tuan putri.
14. PUTRI
TAIA : Siapa Allah itu?
15. MASYITOH : Allah adalah Tuhan semesta alam.
16. PUTRI
TAIA : Apa Masyitoh?! Bukankah
ayahanda adalah Tuhanmu? Ia
Tuhan sekalian alam? Kamu tahu itu kan?
17. MASYITOH : Maaf tuan putri. Fir’aun adalah tuan hamba, tapi
bukan
Tuhan.
18. PUTRI
TAIA : Apa katamu? Dasar bodoh kamu!
Budak tidak tahu
diuntung! Mau cari mati ya? Awas... akan aku
laporkan
pada ayahanda biar tahu rasa kamu nanti!
19. MASYITOH :
Ja...ja...jangan Tuan putri! Hamba mohon! Jangan katakan
ini pada
ayahanda Tuan putri!
20. PUTRI
TAIA : Baiklah... tapi ada
syaratnya.
21. MASYITOH : A...a...apa syaratnya Tuan putri?
22. PUTRI
TAIA : Kamu harus menarik ucapanmu
tadi dan kembali
mengakui ayahandaku sebagai tuhanmu. Bagaimana?
23. MASYITOH : Tidak Tuan Putri. Hamba tetap
berpegang teguh pada
keyakinan hamba bahwa Allah adalah Tuhan
hamba.
24. PUTRI
TAIA : Jadi benar kamu tidak mau
mengakui ayahandaku sebagai
Tuhanmu?
25. MASYITOH : Maaf Tuan Putri hamba tidak bisa.
26. PUTRI
TAIA : Celakalah kamu Masyitoh! Akan
aku laporkan kamu
kepada ayahandaku!
27. MASYITOH : Astagfirullah .............! Bagaimana
ini? Apa yang harus
aku lakukan? Bagaimana jika Firaun murka?
Bagaimana
nasibku dan keluargaku nanti? Aku harus
berbuat apa? Ya
Allah.....lindungilah hambamu ini........
(DIIRINGI MUSIK INSTRUMENTALIA)
BABAK 2
(Setting di kerajaan dan tempat eksekusi)
28. MUSIK : MUSIK TRANSISI
(FIR’AUN MASUK BERSAMA PENGAWAL LALU
PUTRI
TAIA MASUK)
29. FIR’AUN : Ada apa putriku? Kenapa
ribut-ribut?
30. PUTRI
TAIA : Celaka Ayahanda............!
Celaka...!
31. FIR’AUN : Ada apa? Ayo katakan!
32. PUTRI
TAIA : Masyitoh ayahanda.
33. FIR’AUN : Ada apa dengan budak itu?
34. PUTRI
TAIA : Masyitoh telah mengingkari
ketuhanan Ayahanda. Dia
tidak mau mengakui bahwa ayahanda adalah Tuhan
sekalian alam. Dia mempunyai Tuhan lain,
dia juga
mengatakan bahwa ayahanda manusia biasa,
yang lemah
di hadapan Tuhannya.
35. FIR’AUN : Apa? Masyitoh si budak itu
mengatakan seperti itu?
Berani sekali dia! Prajurit.....!
36. PRAJURIT : Ada apa yang mulia?
37. FIR’AUN : Seret Masyitoh keluar!
38. PRAJURIT : Baik yang mulia.
39. PRAJURIT : Yang mulia, hamba
menghadap.
40. FIR’AUN : Bagaimana? Sudah kau bawa wanita
itu?
41. PRAJURIT : Sudah yang mulia.
42. FIR’AUN : Cepat bawa wanita itu ke hadapanku!
43. PRAJURIT : Laksanakan Tuan.
(PRAJURIT MENYERET MASYITOH)
44. FIR’AUN : Hai Masyitoh! Apa benar kata
putriku, kamu telah
mengingkari aku sebagai Tuhanmu?
45. MASYITOH : A...a...ampun tuanku.....Tuanku memang
rajaku. Tapi
tuan bukanlah Tuhanku. Tuhanku hanya satu
Allah. Tuhan
semesta alam. Dia adalah sembahan hamba
dan sembahan
tuan juga.
46. FIR’AUN : Apa katamu?! Kurang ajar kamu! Berani
menentangku?
Dasar penghianat! Kamu tahu akibat jika
menentang dan
mengingkariku?
47. MASYITOH : Maaf tuan hamba tidak bermaksud mengingkari
tuan. Tapi
hamba hanya mengatakan kebenaran saja,
bahwa Allah itu
Tuhan sekalian alam, bukan tuan.
48. FIR’AUN : Masyitoh, kamu mau apa? Uang, emas,
atau apa? Supaya
kamu kembali menyembah aku, Tuhanmu!
49. MASYITOH : Maaf tuan, harta benda tidaklah
penting buat hamba,
semua itu tidak akan bisa menggantikan
keyakinan hamba.
50. FIR’AUN : Masyitoh kamu ini sudah gila?!
Kamu ingin anak dan
suamimu aku bunuh juga?!
51. MASYITOH : Tuan, jika tuan mau membunuh hamba
silahkan. Akan
tetapi tuan tidak bisa membeli keyakinan hamba.
52. FIR’AUN : Masyitoh! Mana Tuhanmu? Suruh Dia datang padaku!
Apa Dia mampu menyelamatkanmu? Prajurit.....!!!!!!!!
Cambuk Masyitoh
53. PRAJURIT : Laksanakan tugas.
(PRAJURIT MENCAMBUK MASYITOH)
54. MASYITOH : Jangan tuan! Jangan...Hamba mohon...!
Allah...Allah... Allahu akbar...Allah ya
Robbi...
55. FIR’AUN : Bagaimana Masyitoh? Apa kamu mau
berubah pikiran?
56. MASYITOH : Tidak! Tuan boleh menyiksa dan membunuh hamba tapi
tuan tidak bisa menggantikan Allah, Tuhan
Semesta
Alam.
57. FIR’AUN : Dasar bodoh kamu Masyitoh! Baiklah,
aku akan melihat
sejauh mana keyakinanmu itu? Prajurit ........! Seret suami
dan anak Masyitoh ke hadapanku!
58. PRAJURIT : Baik yang mulia
(PRAJURIT MENYERET ODED DAN ANAK-ANAK
MASYITOH)
59. MASYITOH : Jangan tuan...! Jangan...! Jangan
sakiti suami hamba!
Jangan tuan...!
60. PRAJURIT : Tuanku hamba menghadap.
61. FIR’AUN : Baik. Bawa suami Masyitoh kemari! Cambuk dia!
62. MASYITOH : Jangan tuan! Jangan...! Jangan sakiti
suami hamba!
Hukum
saja hamba!
63. ODED : Tidak tuan! Jangan sakiti
anak dan istriku, biar
hamba saja yang menggantikannya!
64. MASYITOH : Tidak tuan biar hamba saja yang
menjalani hukuman
ini! Tolong lepaskan mereka!
65. FIR’AUN : Ha....ha...ha... Bagaimana
Masyitoh? Apakah Tuhanmu
bisa menyelamatkanmu? Ayo suruh datang
untuk
menyelamatkan suamimu! Prajurit.....!
Cambuk suami
Masyitoh!
66. ODED
: Ah...Allahu
akbar...Allah....Allah...!
67. MASYITOH : Oh...suamiku maafkan aku. Karena aku
kamu jadi seperti
ini. Maafkan aku suamiku.....
68. ODED : Tidak istriku, jangan
menangis. Cambukan ini tidak ada
artinya jika kita tetap berpegang teguh
pada keyakinan.
Kamu tidak salah, serahkan saja pada
kehendak-Nya.
69. MASYITOH : Engkau benar suamiku. Kita tidak boleh
menyerah pada
manusia sesat seperti Firaun!
70. FIR’AUN : Bagaimana Masyitoh? Apakah kamu mau
berubah pikiran
untuk menyembahku?
71. PUTRI
TAIA : Ayolah Masyitoh! Ayahandaku
masih berbaik hati. Cepat
taubat dan mengakui ayahandaku sebagai Tuhanmu!
72. MASYITOH :Tidak...! Hamba tidak menjual aqidah
dan mengakui tuan
sebagai Tuhanku. Tuan bukan Tuhan tapi tuan
adalah
hamba juga dan bertaubatlah engkau tuan
sebelum ajal
akan menjemputmu dan azab akan menyiksamu!
73. FIR’AUN : Masyitoh....! Kamu menentangku ya?
Prajurit... masukkan
suami Masyitoh ke dalam wajan raksasa itu!
Biar dia tahu
akibat jika menentangku!
74. ODED : Jangan, lepaskan aku...tolong...lepaskan...!
75. PRAJURIT : Ayo jangan melawan!
76. MASYITOH : Jangan...Jangan tuan...Lepaskan suami
hamba...!
77. ODED : Istriku jangan sedih dan
jangan menyerah. Pasrahkanlah
semua kepada Allah, ini semua ujian untuk
kita.
Insya
Allah kita akan dipertemukan di Surga
kelak. Selamat tinggal istriku! Allahu
Akbar...!
(SAMBIL BERJALAN MENUJU WAJAN RAKSASA)
78. MASYITOH : Jangan bunuh dia...! Astagfirullah...Allahu
Akbar...!
Oh...suamiku
maafkan aku...
Innalillahi
wa innaillaihi roji’un...Ya Allah...
(SAMBIL
BERSIMPUH DAN MENANGIS)
79. MUSIK : MUSIK INSTRUMENTALIA
80. FIR’AUN : Ha ha ha..... Bagaimana Masyitoh? Lihatlah, suamimu
meregang nyawa di dalam wajan itu! Apa kamu berubah
pikiran?
81. MASYITOH : Tidak! Hamba tetap pada keyakinan dan
ketahuhidan
hamba, apalah artinya siksa di dunia ini
dibanding siksa
yang akan engkau terima di akhirat kelak Fir’aun.
82. FIR’AUN : Masyitoh... Apakah kamu sudah
gila? Kamu sudah
keterlaluan! Bagaimana kalau putrimu yang
mendapat
giliran? Bagaimana Masyitoh?
83. MASYITOH : Tidak! Tolong jangan libatkan anak-anak
hamba dalam
masalah ini! Mereka tidak tau apa apa! Lepaskan
mereka!
Biar suami hamba dan hamba yang menerima
hukuman
ini!
84. FIR’AUN :
Ha ha ha... Apa katamu? Aku melepaskan
anakmu?
Ha ha ha...
Jangan harap kau! Tapi baiklah kalau kamu
mau kembali mengakuiku sebagai Tuhanmu, maka
aku
akan mengampunimu dan anakmu. Bagaimana?
85. MASYITOH : Tidak! Itu tidak mungkin hamba lakukan!
Karena engkau
bukan Tuhanku!
86. FIR’AUN : Masyitoh... Kau membuat
kesabaranku habis! Prajurit...!
Seret anak Masyitoh! Masukkan dalam wajan
itu! Rebus
dia!
87. SITERI : Jangan... lepaskan
aku...ibu...tolong aku...aku takut...!
88. MASYITOH : Jangan......!
Jangan...! Oh anakku maafkan ibu nak....
Allahu
akbar... Innalillahi wa innaillaihi roji’un...
Ya Allah,
hamba serahkan putriku ke pada-Mu...
Selamat
jalan anakku, semoga kita akan berkumpul
kembali
di surga.
89. MUSIK : MUSIK I’TIROF
90. FIR’AUN : Ha ha ha... Bagaimana Masyitoh?
Setelah melihat anak
dan suamimu mati di hadapanmu? Ha ha ha... Mana
dan suamimu mati di hadapanmu? Ha ha ha... Mana
Tuhanmu? Kenapa Dia tidak menyelamatkanmu?
Apakah
Dia
tidak sayang padamu? Ayo suruh datang! Ha ha ha.....
91. MASYITOH : Celakalah engkau Firaun! Manusia
sesat! Tunggulah
adzab Allah yang akan menimpamu!
92. FIR’AUN :
Ha..,ha...ha...Jangan mimpi kau Masyitoh! Akulah
satu-satunya
Tuhan semesta alam! Ha...ha...ha...
93. PUTRI
TAIA :
Ayolah Masyitoh! Lihatlah bayimu itu! Dia tampan dan
lucu. Apakah kamu tidak kasihan? Di mana rasa
keibuanmu itu? Haruskah mereka menjadi
korban
kekerasan hatimu?
94. MASYITOH : Ya Allah, bagaimana ini? Kasihan anakku.
Haruskah dia
menanggung semua ini? Apakah hamba harus
menyerah
demi keselamatan anakku? Tapi bagaimana
dengan
pengorbanan suamiku dan putriku? Ya Allah...
beri
hambamu petunjuk! Apa yang harus hamba
lakukan?
Fir’aun pasti akan membunuh bayiku juga.
95. FIR’AUN :
Masyitoh kalau kamu masih keras kepala! Aku akan
memasukkan bayimu ke dalam wajan itu! Prajurit...!
Ambil anak masyitoh! Rebus dia!
96. F.X : SUARA TANGISAN BAYI
97. MASYITOH : Jangan... jangan bawa anakku! Hamba
mohon...!
98. FIR’AUN : Baiklah...baiklah... Kalau begitu,
bawa anakmu dan
masukkan sendiri dalam wajan itu! Bagaimana
?
99. MASYITOH : Tidak! Itu tidak mungkin hamba lakukan!
100.FIR’AUN : Kalau begitu kembalilah kepadaku!
Aku akan
memaafkanmu!
101.MASYITOH :
Tidak! Hamba tidak mau menyembah dan mengakui
manusia sombong dan tamak sepertimu! Lebih
baik
hamba mati dari pada hamba harus
mengakuimu sebagai
Tuhanku! Ayo... jika engkau mau membunuh
hamba,
lakukan saja! Hamba tidak takut! Karena
hamba yakin
Allah selalu bersama hamba!
102.
FIR’AUN : Masyitoh... kamu
memang perempuan tidak bisa di kasih
hati! Daripada kamu meracuni rakyat mesir
lebih baik
aku bunuh kalian semua! Prajurit...!
Antarkan masyitoh
dan bayinya masuk ke dalam wajan itu! Biar
semua orang
tahu akibat menentangku, berarti dia harus
mati!
Ha...ha...ha...
103.
ITAMAR : Ibu jangan bimbang dan janganlah ragu. Allah bersama
kita,
Allah menyayangi kita. Wajan raksasa itu tidak
lebih panas dari api neraka yang Allah
siapkan untuk
orang-orang yang membangkangnya.
104.
FIR’AUN : Ha...............s...su...su...
suara apa itu?
105.
PUTRI TAIA : Ayahanda, sssuara apa itu?
106.
PRAJURIT : Tuan itu sepertinya
suara dari bayi itu!
107.
MASYITOH : Subhanallah, anakku bisa
bicara, terima kasih ya Allah
Engkau telah menyadarkan hamba-Mu ini.
108.
FIR’AUN : Ha...hai Masyitoh apa yang kamu lakukan? Kamu mau
menakuti
kami dengan sihirmu?!
109.
MASYITOH : Tidak! Itu bukan sihir. Itu adalah peringatan dari Allah
untuk kalian semua!
110.
FIR’AUN : Prajurit...! Prajurit...!
Lempar Masyitoh dan bayinya
masuk
ke dalam wajan itu!
111.
MASYITOH : LAA ILAAHA ILLAALLAAH...!!!
112.
NARATOR : Demikianlah, Masyitoh dan
seluruh keluarganya gugur
dalam
buaian Illahi Robbi. Jasad mereka terbakar dalam
air
yang panas bergejolak. Namun, jiwa mereka damai di
taman surga. Sampai jumpa...
0 comments:
Post a Comment