Penelitian R & D

السلام عليكم




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakatnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil survey yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten. Diantaranya survey International Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 yang menyebutkan bahwa  minat anak-anak usia sekolah dasar Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat di atas Venezuella. (Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) 28 November 2007). Membaca  merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan,karena kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan.Hal ini ditegaskan oleh Grellt (dalam Muchlisoh etal.1992:119), antara  pembaca  dan  penulis, tanpa  kecuali anak usia  dini,  dan kemampuan  membaca mempengaruhi kemampuan berbicara, sehingga dapat  dikatakan bahwa  membaca merupakan aspek kebahasaan yang berfungsi sebagai pintu awal dalam membuka cakrawala berpikir seseorang. Untuk mewujudkan bangsa berbudaya membaca, maka bangsa ini perlu melakukan pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah awal sekaligus cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa atau menjadi orang tua.Dengan kata lain, apabila sejak kecil seseorang terbiasa membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa. Pada usia sekolah dasar, anak mulai dikenalkan dengan huruf, belajarmengeja kata dan kemudian belajar memaknai kata-kata tersebut dalam satu kesatuan kalimat yang memiliki arti. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Setelah anak mampu membaca,anak perlu diberikan bahan bacaan yang menarik sehingga mampu menggugah minat anak untuk membaca buku. Minat baca anak perlu dipupuk dengan menyediakan buku yang menarik dan representatif bagi perkembangan anak sehingga minat membaca tersebut akan membentuk kebiasaan membaca. Apabila kebiasaan membaca telah tertanam pada diri anak maka setelah dewasa anak tersebut  akan merasa kehilangan apabila sehari saja tidak membaca buku atau bahan bacaan lain. Kebiasaan individu ini kemudian akan berkembang menjadi budaya baca masyarakat.Upaya  meningkatkan minat baca anak yang utama  menjadi  tanggung jawab orang tua  sebelum anak memasuki dunia pendidikan.Setelah masuk TK, maka kewajiban itu menjadi tugas para guru. Guru mempunyai peran yang sangat penting pula terhadap peningkatan minat  baca  anak, karena guru akan menjadi  figure tuntunan bagi  anak selama berada  dalam pendidikan formal.(Asrie,  2005:34). Salah  satu cara untuk meningkatkan minat baca anak adalah dengan kegiatan story telling.
Akan tetapi pembinaan minat baca anak saat ini sering terbentur dengan masalah ketersediaan sarana baca. Tidak semua anak mampu mendapatkan buku yang mampu mengugah minat mereka untuk membaca. Faktor ekonomi atau minimnya kesadaran orang tua untuk menyediakanbuku bagi anak menyebabkan anak tidak mendapatkan buku yang dibutuhkan. Tidak tersedianya  sarana baca merupakan masalah besar dalam pembinaan minat baca anak. Anak tidak dapat memanjakan minat bacanya karena tidak tersedia sarana baca yang mampu menggugah minat anak untuk membaca. Padahal pembinaan minat baca anak merupakan modal dasar untuk memperbaiki kondisi minat baca masyarakat saat ini Selain hal tersebut pemilihan buku cerita yang kurang menarik juga menjadi alasan mengapa budaya membaca anak kurang begitu antusias membaca.
Dengan melihat latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka model story telling yang efektif adalah adanya buku panduan mendongeng yang mana akan sangat membantu minat baca anak dikarenakan beragam cerita yang variatif dapat kita ceritakan kepada anak.Dengan demikian minat baca anak akan bertambah dan guru akan mudah dalam memberikan materi yang akan diajarkan kepada anak-anak.Selain itu dengan adanya buku panduan mendongeng anak akan antusias mengikuti pembelajaran dikarenakan anak memang lebih suka dengan pembelajaran dengan model bercerita.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dijawab dirumuskan sebagai berikut:
1.      Mengapa membaca dilingkungan anak-anak belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap minat baca anak secara kontinuitas ?
2.      Bagaimana perananan model story telling yang efektif sehingga mampu memberikan ketertarikan terhadap minat baca anak  secara efektif?
C.    Tujuan Dan Kegunaaan
Berangkat dari upaya untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Menganalisis alasan-alasan yang meyebabkan mengapa story telling belum mampu meningkatkan minat baca anak secara intensif.
2.      Mendisain model pengembangan metode story telling dengan buku mendongeng agar orang tua dan guru lebih kreatif dan variatif sehingga memicu minat baca anak.
D.    Telaah Pustaka
Telah banyak penelitian yang serupa dengan penelitian ini.Hal yang menunjukan bahwa tema yang diangkat dalam penelitian ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.Adapun penelitian yang serupa dengan penelitian dalam karya ilmiah sebagai berikut :
Pertama,Penelitian yang dilakukan oleh Kania Rianthi dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Minat Baca Anak Melalui Mendongeng Studi Kasus Di Perpustakaan Pustaka Kelana Rawamangun,sedangkan masalah yang diangkat pada skripsi ini yaitu peningkatan minat baca anak melalui mendongeng yang menggunakan metode studi kasus. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu : anak yang gemar mendengarkan mendongeng memiliki minat membaca yang cukup baik.
Kedua,Penelitian yang dilakukan oleh noer hidayati dalam artikel skripsi yang berjudul Peningkatan minat baca melalui Storytelling anak kelompok b TK Al-muttaqien Surabaya.Sedangkan maslah yang diangakat pada skripsi ini mengenai minat membaca anak terhadap buku bacaan,adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
E.     Kerangaka Teori
Mendongeng  adalah seni paling  tua,warisan  leluhur yang  perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu sarana positif guna mendukung kepentingan social secara luas .Jauh sebelum munculnya peninggalan tertulis dan buku, manusia berkomunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa dalam kehidupan mereka dengan bertutur secara turun-temurun.Tradisi lisan dahulu  sempat menjadi primadona dan andalan para orang tua, terutama ibu dan nenek, dalam mengantar tidur anak ataupun cucu mereka (Agustina, 2008: 1)Sementara itu  Pellowski (1977) mendefinisikan storytelling sebagai sebuah seni atau seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari cerita-cerita dalamb entuk  syair atau  prosa, yang  dipertunjukkan atau  dipimpin  oleh satu  orang  dihadapan audience secara langsung  dimana cerita tersebut dapat dinarasikandengan  cara diceritakan  atau  dinyanyikan, dengan  atau  tanpa musik, gambar,ataupun dengan  iringan  lain  yang mungkin  dapat dipelajari secara lisan, baikmelalui sumber tercetak, ataupun melalui sumber rekaman mekanik  (Boltman,2001: ). Merujuk pada pengertian di atas, maka story telling dengan buku panduan mendongeng sangat efektif untuk guru yang akn memberikan pelajaran dalam setiap kesempatan serta mampu memberikan motivasi kepada anak untuk meningkatkan  kemampuan membaca anak.
F.     Metode Penelitian
1.      Model pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau dikenal dengan istilah R&D (Research and Development), yang bertujuan untuk mengembangkan minat baca anak melalui story telling, yang mana berupa produk buku tentang panduan mendongeng.
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan Alessi & Trolip (2001). Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: tahap analisis, desain, pengembangan, dan evaluasi. Secara garis besar tahapan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


 



2.      Prosedur pengembangan
Menurut Borg & Gall (1983), tesis dan disertasi penelitian pengembangan yang dilakukan merupakan penelitian skala kecil sehingga kegiatan yang ada dalam tahapan penelitian dan pengembangan dari model pengembangan yang dirujuk tidak seluruhnya dilakukan.[1] Penelitian ini menggunakan tiga tahap pengembangan, yaitu analisis, desain, dan pengembangan. Prosedur penelitian pengembangan ini memiliki serangkaian langkah-langkah dalam setiap tahapannya. Berikut ini adalah prosedur yang dimaksud.
a.       Analisis. Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini meliputi:
1)      Mendevinisikan bidang atau ruang lingkup materi yang akan ditampilkan yang diambil dari kiat-kiat mengembangkan kecerdasan spiritual anak dari Jalalddin Rakhmat.
2)      Mengidentifikasi karakteristik anak-didik dari hasil surve.
3)      Membuat dokumen perencanaan mengenai materi, hal-hal yang diperlukan dalam membuat (buku panduan mendongeng)
4)      Menentukan dan mengumpulkan sumber-sumber untuk permainan edukatif, seperti: buku, narasumber,pendongeng ,alat peraga, internet,  dan lain sebagainya.
5)      Melakukan brainstorming yaitu melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan teman sejawat.
b.      Desain. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan desain ini meliputi:
1)      Melakukan analisis konsep dan tugas yang berkaitan dengan materi.
2)      Menerjemahkan hasil analisis dan analisis materi untuk menghasilkan rancangan yang dinilai mewakili keseluruhan analisis yang ada.
3)      Membuat flowcharts dan storyboards.
4)      Evaluasi dan revisi dilakukan pada setiap kesempatan pada segala aspek yang dirasa perlu untuk dilakukan evaluasi dan revisi.
c.       Pengembangan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan pengembangan ini adalah:
1)      Menyiapkan teks secara keseluruhan untuk penyusunan buku panduan mendongeng.
2)      Menggabungkan bagian-bagian dan memadukan berbagai bahan yang telah terkumpul.
3)      Menyiapkan materi-materi yang telah terkumpul.
4)      Membuat program.
5)      Melakukan uji alpha, yaitu memvalidasi produk yang dilakukan oleh ahli media dan ahli materi (evaluasi formatif)
6)      Membuat revisi yang pertama terhadap produk yang terlah dibuat berdasarkan penilai ahli media dan ahli materi.
7)      Melakukan uji beta, yaitu menguji produk kepada 10 orang tua dan guru kelas untuk mengetahui tanggapan terhadap hasil revisi pertama (evaluasi formatif)
8)      Melakukan revisi akhir, yaitu membuat produk final alur crtita.
9)      Melakukan evaluasi sumatif dengan menggunakan pretest dan posttest pada orang tua dan guru.
Proses selengkapnya pengembangan multimedia menurut Alessi & Trollip (2001) dapat dilihat pada bagan berikut ini:













Gambar 3.
Proses Pengembangan Multimedia
(Adopsi dari Alessi & Trollip (2001)
 
 
















3.      Uji coba produk
a.      Desain uji coba
Desain uji coba produk dalam penelitian ini mengacu pada desain uji coba pengembangan yang dirumuskan oleh Alessi & Trollip (2001) yang ditetapkan pada tahap pengembangan. Desain uji coba ini melalui dua tahap pengujian, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif terdiri dari dua fase yaitu fase uji alpha dan uji betha. Sedangkan evaluasi sumatif ditujukan untuk mengetahui keberhasilan permainan edukatif berbasis multimedia interaktif dalam mengembangkan spiritualitas anak-didik. Langkah-langkah yang perlu dilalui untuk uji coba ini adalah sebagai berikut:
1)      Evaluasi formatif
a)      Uji alpha. Uji alpha adalah tes utama yang dilakukan oleh tim desain dan pengembangan, yang terdiri dari staf produksi, desainer pembelajaran, ahli materi, dan orang-orang yang berkompeten. Dalam penelitian dan pengembangan ini, uji alpha dilakukan oleh dua orang ahli, yaitu ahli media dan ahli materi. Hasil uji coba alpha digunakan sebagai dasar revisi pertama.
b)      Uji beta. Uji betha adalah tes produk akhir. Uji beta merupakan tes formal dengan prosedur yang jelas, tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus diobservasi. Langkah-langkah dalam uji beta ini adalah sebagai berikut :
(1)   Selec the learners. Pada langkah ini peneliti guru dan orang tua  yang akan dijadikan responden, terdiri dari tiga guru dan tiga orang tua  yang memiliki kemampuan bercerita rendah ,sedang dan mahir.[2]
(2)   Explain the procedures. Peneliti menjelaskan prosedur dan tujuan melakukan tes ini kepada guru dan orang tua.
(3)   Determine prior knowledge. Peneliti harus mengetahui sejauh mana kemampuan guru dan orang tua  serta memastikan bahwa guru dan orang tua telah mendapatkan materi yang akan diujikan. Peneliti juga mengetahui mana guru dan orang tua yang berkempuaan tinggi, sedang, dan mahir.
(4)   Observe them going through the program. Sepanjang proses uji coba peneliti harus memperhatikan dan melihat reaksi guru dan orang tua, memperhatikan bahasa tubuh mereka, dan menjelaskan jika menemui kesulitan.
(5)    Interview (content, operation, enjoyable, interesting, useful, boring).  Setelah guru dan orang tua selesai memperhatikan produk, maka peneliti harus mewawancarai guru dan orang tua mengenai isi materi, ketertarikan,, dan lain sebagainya.
(6)   Asses their learning. Penilaian terhadap proses permainan, dilakukan dengan tes lisan.
(7)   Final revision. Setelah memperoleh data dari user (guru dan orang tua) kemudian memutuskan apakah program memerlukan revisi lebih lanjut atau tidak.
2)      Evaluasi sumatif.
Tahap pertama dari evaluasi sumatif adalah mengevaluasi reaksi anak-didik yang menggunakan produk hasil pengembangan. Hal yang dievaluasi adalah seberapa besar anak-didik menyukai produk tersebut. Tujuan evaluasi tahap ini adalah untuk melihat apakah anak-didik benar-benar mempelajari materi atau  memperoleh pengalaman spiritual. Uji coba produk untuk evaluasi ini dilakukan dalam tiga tahap sebagai berikut:
a)      Tahap pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini, pertama-tama yang dilakukan adalah mengadakan pretest pada guru dan orang tua yang akan menggunakan buku panduan mendongeng Langkah-langkah yang harus ditempuh pada tahap pendahuluan ini adalah sebagai berikut:
(1)   Test awal dilakukan untuk mengukur kemampuan guru dan orang tua sebelum menggunakan buku panduan mendongeng.
(2)   Menjelaskan tata cara penggunaan permainan edukatif berbasis multimedia interaktif yang akan digunakan dalam bermain.
(3)   Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dengan panduan buku mendongeng dan mencatat respon langsung atau spontan yang disampaikan guru dan orang tua.
(4)   Tes akhir dilakukan untuk mengukur penguatan kompetensi yang dicapai setelah pembelajaran dilakukan dengan buku panduan mendongeng.
(5)   Menganalisis data yang diperoleh melalui langkah-langkah di atas.
b)      Tahap pelaksanaan uji coba
Praktik pembelajaran dengan menggunakan buku panduan tersebut pada waktu pembelajaran dan disesuaikan dengan tema yang ada di TK/RA.

c)      Tahap akhir
(1)   Melaksanakan posttest, dan
(2)   Analisis data pretest dan posttest.
b.      Subyek uji coba
Subyek uji coba dalam penelitian pengembangan ini , 10 guru kelas yang sedang melakukan pembelajaran aktif dengan buku panduan mendongeng,serta  sebanyak 2 pendongeng dan ahli materi berperan sebagai pengamat,hal itu yang dilakukan di RA Nurul Dzikri Yogyakarta.
c.       Jenis data
Jenis data awal diperoleh dari guru dan pengamat yang berupa data kualitati dan kuantitatif..Tahap validasi diperoleh dari penilaian ahli materi, pendongeng dan guru kelas. Aspek yang dinilai oleh masing-masing validator adalah sebagai berikut:

1)      Validasi ahli materi, terdiri dari aspek isi, permainan, kebenaran isi, dan komentar/ saran umum, serta kesimpulan.
2)      validasi pendongeng, terdiri dari aspek seni mendongeng, komentar/ saran umum, dan kesimpulan.
3)      Guru atau user, terdiri dari aspek isi,cara penggunaan, dan komentar umum/ saran, dan kesimpulan.


d.      Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Analisis dokumen/ prasurvei
2.      Pembuatan table spesifikasi (kisi-kisi instrumen)
3.      Konsultasi dengan ahli (pembimbing)
4.      Penulisan instrumen.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk menurut pendongeng, ahli materi, dan pengguna (user) yang dalam hal ini diwakili guru kelas. Tahap analisis dokumen dilakukan dengan mengacu kepada beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini yang telah dilakukan terdahulu dan juga mengacu pada buku-buku referensi yang sesuai. Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan table spesifikasi yang kemudian dikonsultasikan dengan ahli yang dalam hal ini dipercayakan kepada pembimbing. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut maka diperoleh kisi-kisi instrument secara keseluruhan. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi instrument yang dimaksud.









Tabel 1.
Kisi-kisi Instrumen Pengambilan Data
No.
Tujuan
Aspek Penilaian
Kriteria Penilaian

1

Isi
Kebenaran aspek
Ketepatan materi dengan standard kompetensi
Ketepatan materi dengan kompetensi dasar
Kedalaman materi
Kecukupan materi
Kejelasan materi
Keruntutan materi
2
Permainan
Kebahasaan
Kejelasan penggunanan bahasa
Keterlaksanaan
Kejelasan petunjuk belajar
Kemudahan memahami materi
Kesesuaian contoh dengan materi
Kecukupan latihan
Pemberian umpan balik
Daya dukung program terhadap permainan
3
Buku
Isi dan materi
Keterbacaan kesan pembelajaran
Keterampilan pemilihan jenis dan ukuran huruf
Ketepatan pemilihan komposisi warna
Kejelasan suara
Suara tambahan/tiruan


Instrumen atau kuesioner angket untuk ahli media dan guru kelas tidak melalui tahap validasi, karena instrumen yang dipakai sudah pernah digunakan pada penelitian sebelumnya dan telah  melalui tahap validasi. Sedangkan kuesioner untuk ahli materi perlu melalui tahap validasi oleh ahli materi, karena belum pernah ada penelitian yang serupa.
Instrument lain yang digunakan dalam penelitian selain dalam bentuk kuesioner/ angket, juga digunakan wawancara dan observasi untuk mengukur tingkat kelayakan multimedia yang dikembangkan, sedangkan untuk mengukur hasil bermain anak-didik digunakan test secara lisan.
1.      Kuesioner/ angket
Kuesioner yang disusun terdiri dari tiga jenis sesuai dengan peran posisi responden dalam penelitian pengembangan ini. Instrumen penelitian berupa angket yang disusun berdasarkan kisi-kisi sebagaimana disebutkan di atas. Kuesioner tersebut adalah (1) kuesioner untuk ahli materi, (2) kuesioner untuk ahli mendongeng, dan (3) kuesioner untuk guru kelas dan orang tua RA Nurul Dzikri .. Berikut ini adalah ketiga instrument kuesioner yang dimaksud.
Table 2
Kisi-kisi Instrument Validasi oleh Ahli Materi
no
Indikator
Skor
1
2
3
4
5
A.    Aspek Isi materi





1
Keruntutan materi





2
Cakupan materi





3
Kejelasan materi





4
Kemudahan dalam memahami materi





5
Konsistensi penyajian





B.     Aspek pembelajaran





6
Kejelasan sasaran





7
Kejelasan tujuan pembelajaran





8
Kejelasan menirukan suara tiruan ,misal binatang





9
Kejelasan penggunaan bahasa






Jumlah






Jumlah Skor


Rerata Skor



























Tabel 3
Instrumen Validasi oleh Ahli mendongeng

No
Indkator
Skor
1
2
3
4
5
A.    Aspek komunikasi





1
Struktur program





2
Logika berpikir





3
Interaksi guru dengan murid





4
Kandungan pesan pembelajaran





5
Penggunaan bahasa





6
Keterbacaan teks





a.       Aspek Desain





7
Pemakaian cover sampul





8
Kreativitas





9
Grafis backgrund





10
Penggunaan ilustrasi gambar





11
Penggunaan warna tulisan





B.     Format penyajian





12
Urutan penyajian





12
Kemudahan pemakaian





13
Kualitas sajian tulisan





14
Tata letak





Jumlah





Total Skor

 Rerata Skor








Table 4
Kisi-kisi Instrument Validasi oleh Guru Kelas

No
Indkator
Skor

1
2
3
4
5
1
Kemudahan memahami materi






2
Kejelasan materi






3
Sesuai dengan tingkat kemampuan anak






4
Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan






5
Kejelasan suara tambahan






6
Penggunaan bahasa yang mudah dipahami






7
Konsistensi penyajian






8
Pemberian motivasi






9
Kemdahan petunjuk belajar






10
Kandungan pesan belajar






11
Kualitas sajian






Jumlah (skala x ∑Frekuensi)






Total Skor


 Rerata Skor


Kesimpulan















Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian kuesioner kepada ahli materi bidang spiritualitas dan ahli media bidang teknologi pendidikan. Data yang diperoleh dianalisis dan digunakan untuk merevisi produk. Revisi dilakukan dengan merujuk data yang telah terkumpul dan data yang diperoleh dari hasil diskusi dengan ahli materi dan ahli mendongeng yang melakukan validasi terhadap buku panduan mendongeng.
2.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dipakai sebagai alat pengumpul data dari guru kelas dan anak-didik sehubungan dengan analisis kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan produk. Selain itu juga untuk mengetahui saran, kritik, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi kualitas produk dari ahli media maupun ahli materi serta guru dan anak-didik pada saat itu.
3.      Lembar observasi
Observasi dilakukan selama penelitian berlangsung. Pengamatan mencakup aktivitas guru  pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan buku panduan mendongeng. Peneliti/ pengembang mengamati sikap dan respon orang tua dan anak didik  terhadap pembelajaran yang diajarkan menggunakan buku panduan mendongeng.
e.       Teknik analisis data
Data yang diperoleh melalui kegiatan uji coba diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang berupa kritik dan saran yang dikemukakan ahli media, ahli materi, dan guru kelas dihimpun dan disarikan untuk memperbaiki produk media permainan edukatif ini.
Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, yang berupa pernyataan sangat tidak baik, tidak baik, cukup, baik, dan sangat baik. Statistik diskriptif tersebut kemdian diubah menjadi data kuantitatif dengan skala 5 yaitu dengan penskoran dari 1 sampai 5. Langkah-langkah dalam analisis data antara lain: (a) mengumpulkan data mentah, (b) pemberian skor, (c) skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi nilai dengan skala 5 dengan menggunakan acuan konversi Sukardjo, sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini.[3]
Tebel 5
Kriteria Penilaian

Nilai
Kriteria
Skor
Rumus
Perhitungan
A
Sangat baik
`Xi   +  1,8 Sdi  < X
3,2 < X
B
Baik
`Xi   +  1,8 Sdi  < X  ≤ + 1,8 Sdi
2,4 < X ≤ 3,2
C
 Cukup
`Xi   +  1,8 Sdi  < X   ≤ + 0,6 Sdi
1,6 < X ≤ 2,4
D
Tidak baik
`Xi   +  1,8 Sdi  < X   ≤ - 0,6 Sdi
0,8 < X ≤ 1,6
E
Sangat tidak baik
                             X   ≤ - 1,8 Sdi
          X ≤ 0,8





Keterangan:
Rerata skor ideal                                 : ½ (skor maksimal ideal + skor  minimal ideal
Standard deviasi ideal (Sdi)                : 1/6 (Skor maksimal ideal – skor   minimal ideal
X Ideal                                                : Skor empiris
Kriteria yang digunakan untuk melihat kualitas produk buku panduan mendongeng yaitu dengan menggunakan Skala Liktert seperti yang terlihat di bawah ini
Table 6
Konversi Rerata Skor Menjadi Kriteria Untuk Menilai Kualitas

Nilai
Kriteria
Interval Rerata Skor
A
Sangat Baik
4,2 < X
B
Baik
3,4 < X ≤ 4,2
C
Cukup
2,6 < X ≤ 3,4
D
Tidak Baik
1,8 < X ≤ 2,6
E
Sangat Tidak Baik
X ≤ 1,8

G.    Sistematika Pembahasan
Keseluruhan isi penelitian ini ini terdiri atas beberapa bab
Bab I dimulai dengan  latar belakang masalah dan rumusan masalah.
Bab II menjelaskan mengenai isi dari penelitian
Bab III membahas mengenai kesimpulan dan saran





[1] Walter G. Borg & Meredith D. Gall, Educational Research: an introduction  (4 th ed), (New York: Longman, 983), hlm. 197
[2] Pemilihan anak-didik dibantu oleh guru kelas dengan kriteria kecerdasan berdasarkan akumulasi nilai perkembangan kognitif, sosial, emosional, bahasa, seni, dan agama.
[3] Sukardjo, dkk, Desain Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran. (PPS UNY: 2008), hlm. 101
 


Share on Google Plus

About Rudi Hartono

0 comments:

My Personal Identity

Followers